Pernah kepikiran ga sih, kenapa makin banyak pelaku usaha mikro yang justru lari ke pinjaman online padahal bunga KUR jauh lebih ringan. Fenomena ini makin sering muncul, dan agak bikin geleng-geleng kepala juga karena risikonya lumayan besar bagi usaha kecil. Yap, betul, akses cepat pinjol memang menggoda. Tapi masa iya KUR yang udah puluhan tahun hadir bisa kalah begitu aja.
Nah, topik ini makin menarik setelah ada sorotan langsung dari BAKN DPR RI dalam kunjungan kerjanya di Bangka Belitung, yang menilai ada sejumlah masalah teknis serius di lapangan. Terus, apa bener UMKM lebih pilih pinjol karena KUR terlalu ribet. Atau sebenarnya ada problem lain yang lebih fundamental.
Kondisi Serapan KUR Masih Rendah
Kalau lihat di permukaan sih KUR harusnya jadi solusi pembiayaan terbaik buat usaha mikro, kecil, sampai super mikro. Bunganya rendah, tenor fleksibel, dan program ini udah berjalan lebih dari dua dekade. Tapi fakta di lapangan ternyata ga seindah itu.
Menurut BAKN DPR RI, serapan KUR di level usaha paling kecil justru masih sangat terbatas. Contohnya usaha kayak tukang bakso, pedagang keliling, atau tambal ban yang sebenarnya jadi target utama KUR. Mereka sering ga masuk sistem karena keterbatasan data atau kendala administratif yang bikin proses jadi ribet.
Dikutip dari BSI, kuota nasional KUR mencapai sekitar 17 triliun pada 2025. Tapi sampai Oktober 2025 baru terserap sekitar 10 triliun aja. Artinya masih ada selisih 7 triliun yang harus dikejar dalam waktu sempit, dan ini jadi tantangan besar.
Pinjol Menjadi Pilihan “Cepat, Meski Berbahaya”
Eh tau ga, justru pinjaman online sering jadi pelarian karena super instan. Ga perlu jaminan, ga perlu antre, ga perlu BI checking panjang. Tinggal unggah KTP, selfie, tunggu verifikasi, langsung cair.
Tapi di balik kecepatan itu, bunga pinjol bisa sangat tinggi. Bahkan menurut laporan OJK, bunga dan biaya layanan pinjol tertentu bisa menembus puluhan persen per bulan kalau dihitung efektif. Pelaku usaha kecil yang belum stabil pasti rentan kejebak.
Jadi wajar kalau DPR sampai menyoroti fenomena ini karena bisa berdampak buruk pada keberlangsungan UMKM.
Masalah Teknis: Akar Utama KUR Kurang Optimal
Kalau dilihat lebih dalam, persoalannya bukan cuma soal “UMKM males urus” atau “KUR ribet”. Ada gangguan yang sifatnya sistemik dan teknis.
1. Data Negara Belum Sinkron
Ini termasuk masalah paling krusial. Eka Widodo dari BAKN menegaskan bahwa data Dukcapil, BKN, dan sistem perbankan masih berjalan masing-masing. Akhirnya terjadi kasus:
- ASN yang sebenarnya ga berhak malah bisa dapat KUR
- Penerima KUR ternyata punya kredit produktif lain (double financing)
- Data administrasi ga cocok dengan aturan Permenko
Menurut BPK RI, temuan di 2023–2024 menunjukkan beberapa kelebihan bayar subsidi bunga karena ketidaksesuaian data ini. Meski tidak signifikan, tapi cukup menggambarkan adanya masalah.
2. Proses Verifikasi Masih Terlalu Manual
Pada tahap aplikasi KUR, data sering diverifikasi manual oleh bank penyalur.
Di sisi lain, pinjol memanfaatkan teknologi scoring otomatis yang bikin proses jauh lebih cepat.
3. UMKM Kecil Belum Paham Keuntungan KUR
Banyak pedagang kecil yang bahkan ga tahu bedanya bunga pinjol vs KUR. Informasi publik soal ini masih minim, dan edukasi lapangan belum merata.
Perbandingan KUR vs Pinjol
Untuk gambaran lebih jelas, coba lihat tabel ini.
| Aspek | KUR | Pinjaman Online |
|---|---|---|
| Bunga | Rendah (disubsidi pemerintah) | Tinggi, bisa puluhan persen |
| Proses | Perlu verifikasi bank | Sangat cepat dan instan |
| Risiko | Terkontrol | Tinggi, rawan gagal bayar |
| Persyaratan | Lebih lengkap | Hanya KTP & HP |
Timeline Masalah & Upaya Perbaikan KUR
Biar lebih gampang, ini gambaran kronologinya.
- 2023–2024: BPK menemukan kelebihan bayar subsidi bunga karena data ga sinkron.
- 2024: Mulai dibahas integrasi data antara Dukcapil–BKN–perbankan.
- 2025: DPR soroti serapan KUR yang rendah dan pinjol makin agresif.
- Akhir 2025: BSI masih menyisakan 7 triliun kuota KUR yang belum terserap.
- 2026 (rencana): Penyempurnaan aturan Permenko agar penerima tepat sasaran.
Checklist Penguatan Program KUR
Ada beberapa faktor penting yang perlu diperbaiki supaya KUR ga kalah oleh pinjol.
- Integrasi database Dukcapil – BKN – Sistem Perbankan
- Sosialisasi intensif ke UMKM mikro
- Digitalisasi proses verifikasi
- Pemangkasan persyaratan administratif
- Pengawasan penerima KUR di lapangan
- Penambahan agen bank & layanan mobile banking UMKM
Kasus ringkas: Pedagang Makanan yang Tergiur Pinjol
Bayangin pedagang nasi goreng di pinggir kota. Pendapatan sehari kadang bagus, kadang turun. Pas butuh modal cepat buat beli kompor baru, proses KUR butuh beberapa hari. Sementara pinjol cuma minta foto KTP, langsung cair.
Setelah dua bulan, cicilan makin berat karena bunganya naik drastis. Pendapatan ga stabil, akhirnya telat bayar. Dampaknya bukan cuma rugi finansial tapi juga tekanan mental dan ancaman dari debt collector.
Kasus kayak gini sering terjadi tapi jarang diangkat.
Rekomendasi Kebijakan
Bagian ini biasanya agak “serius”, tapi penting.
1. Integrasi Data Nasional
Pemerintah perlu percepat integrasi data kependudukan dan kepegawaian agar kasus ASN menerima KUR bisa dicegah. Hal ini juga mencegah double financing.
2. Digitalisasi Total Proses KUR
Jika KUR bisa diajukan via aplikasi dengan scoring otomatis seperti pinjol, UMKM pastinya lebih tertarik. Perbankan harus adaptif juga.
3. Edukasi Publik
Edukasi tentang risiko pinjol dan keuntungan KUR penting banget terutama bagi usaha yang pendapatannya harian.
4. Monitoring Kuota KUR Lebih Ketat
BSI dan bank penyalur lain harus mengejar target penyaluran dengan memperbanyak agen di daerah terpencil.
FAQ
1. Kenapa UMKM lebih pilih pinjol?
Karena aksesnya cepat dan ga ribet meski bunganya tinggi.
2. Apakah KUR aman?
Ya, karena disubsidi pemerintah dan bunganya jauh lebih rendah.
3. Kenapa serapan KUR masih rendah?
Data belum sinkron, proses manual, dan edukasi kurang.
4. Siapa saja yang tidak boleh menerima KUR?
ASN (jika aturan terbaru tetap berlaku), penerima kredit produktif lain, dan pihak yang tidak memenuhi syarat usaha mikro.
5. Apakah data pinjol diawasi?
Ya, oleh OJK, tapi tetap perlu kehati-hatian karena banyak pinjol ilegal.
Penutup
Kalau dilihat dari berbagai sisi, alasan UMKM beralih ke pinjol bukan cuma soal “bunga murah vs bunga mahal”. Ada banyak faktor teknis dan sistemik yang bikin KUR terasa kurang ramah bagi usaha kecil. Semoga perbaikan integrasi data dan digitalisasi proses bisa bikin KUR lebih mudah diakses biar UMKM ga perlu ambil risiko besar, ya.