Kalau ditanya lembaga mana yang paling aman buat nyimpen uang, kira-kira apa jawaban kalian? Bank, kan? Yap, betul banget! Bank memang jadi salah satu lembaga ekonomi yang punya tugas penting dalam mengelola uang, baik dari nasabah maupun negara.
Ga heran sih, sejak kita masih duduk di bangku sekolah aja, udah sering banget dikenalkan sama konsep menabung di bank.
Bahkan, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia terus meningkat, salah satunya melalui pemahaman tentang perbankan.
Nah, tau ga sih kalau ternyata bank itu ga cuma satu jenis aja? Kalau dilihat dari tugas dan fungsinya, bank dibagi menjadi 3 jenis utama, yaitu Bank Sentral, Bank Umum (Konvensional/Syariah), dan Bank Perkreditan Rakyat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, pembagian jenis bank ini punya peran dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam sistem keuangan kita.
Tapi tenang, di artikel ini kita bakal fokus bahas Bank Sentral aja, kok! Supaya kalian bisa lebih paham gimana peran pentingnya dalam perekonomian negara.
Terus, sebenernya apa sih pengertian dari Bank Sentral itu?
Pengertian Bank Sentral Menurut Para Ahli
Jadi, Bank Sentral itu sebenarnya adalah lembaga atau institusi keuangan yang punya peran super penting dalam mengatur dan menjaga stabilitas ekonomi suatu negara.
Menurut penelitian Purba et al. (2023), Bank Sentral secara aktif mendukung kebijakan moneter dan memastikan aktivitas ekonomi berjalan stabil.
Bayangin aja, Bank Sentral ini kayak “jantung”-nya sistem keuangan negara. Mereka yang bikin dan menerapkan kebijakan moneter, mengatur jumlah uang yang beredar, sampai mengendalikan inflasi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No. 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia, Bank Sentral punya kewenangan penuh untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter demi mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Peran Bank Sentral ga cuma sampai di situ aja, lho! Seperti yang dijelaskan dalam studi Ilmi et al. (2024), Bank Sentral juga berfungsi sebagai regulator dan penyedia mekanisme pembayaran. Artinya, mereka yang bertanggung jawab mengoperasikan sistem pembayaran, memberikan izin, dan memastikan semua transaksi keuangan berjalan lancar dan aman.
Nah, kenapa sih keberadaan Bank Sentral ini begitu krusial? Apalagi di tengah dinamika ekonomi global yang makin kompleks kayak sekarang. Coba deh kita lihat, ketika terjadi ketidakstabilan ekonomi—misalnya krisis keuangan atau inflasi yang melonjak tajam—Bank Sentral-lah yang turun tangan sebagai otoritas untuk merumuskan strategi penyelamatan.
Dikutip dari laporan International Monetary Fund (IMF), peran Bank Sentral menjadi semakin vital terutama saat menghadapi guncangan ekonomi, seperti yang terjadi pada krisis keuangan global 2008 atau bahkan pandemi COVID-19. Di momen-momen kritis seperti itu, Bank Sentral punya kemampuan untuk menurunkan dampak negatif terhadap perekonomian nasional melalui berbagai instrumen kebijakan.
Makanya, memahami peran dan kebijakan Bank Sentral itu penting banget buat kita semua. Dengan begitu, kita bisa menilai seberapa efektif kebijakan yang diambil dalam mencapai tujuan makroekonomi negara, seperti stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan kesempatan kerja.
Sejarah Berdirinya Bank Sentral di Dunia dan Indonesia
Ngomongin sejarah Bank Sentral, wah… ini bisa jadi pembahasan yang panjang banget! Tapi tenang, di sini kita bakal kupas secara ringkas aja, gimana sih awal mula Bank Sentral itu terbentuk dan berkembang sampai sekarang.
Jadi gini, sebenarnya penggunaan alat pembayaran dan sistem perbankan itu udah ada sejak zaman dahulu kala, bahkan sebelum Masehi lho! Cuma ya masih sangat sederhana.
Berdasarkan catatan sejarah ekonomi, orang-orang Mesir kuno udah melakukan transaksi pembayaran menggunakan logam mulia seperti emas, perak, dan perunggu.
Seiring berjalannya waktu, penggunaan logam sebagai alat tukar mulai menurun karena keterbatasan sumber daya alam. Nah, dari sinilah mulai bermunculan bank-bank profesional di kawasan Eropa Selatan dan Eropa Tengah, kira-kira pada abad pertengahan.
Di masa itu, sistem moneter masih dikontrol ketat sama pemerintah, terutama yang berhubungan sama mata uang. Tapi, bank tetap punya wewenang buat mengeluarkan, meminjamkan, dan mentransfer uang tanpa kontrol langsung dari pemerintah.
Terus, pada tahun 1609, didirikan Bank Transfer Publik pertama di dunia, yaitu Amsterdam Wisselbank di Belanda. Dikutip dari Journal of Economic History, tujuan pendirian bank ini adalah untuk mengkonsolidasikan sistem moneter yang masih berantakan pada masa itu. Berdirinya bank transfer pertama ini kemudian memicu pendirian bank-bank serupa di Hamburg, Venesia, dan Nuremberg. Bank-bank ini menawarkan fasilitas pembayaran internasional tanpa harus menggunakan uang tunai.
Nah, titik balik penting terjadi di tahun 1694, ketika muncul Bank Sentral pertama di Inggris yang diprakarsai oleh Charles Montagu. Namanya Bank of England. Menurut Bank of England sendiri dalam situs resminya, bank ini didirikan untuk membiayai perang Inggris melawan Prancis dan kemudian berkembang menjadi model dasar berdirinya bank-bank sentral di seluruh dunia.
Sepanjang abad ke-19, konsep Bank Sentral mulai menyebar ke berbagai negara di Eropa. Contohnya, Napoleon Bonaparte mendirikan Banque de France pada tahun 1800 dengan tujuan meningkatkan pembiayaan perangnya. Seperti yang dilansir dari laman resmi Banque de France, bank ini kemudian menjadi salah satu Bank Sentral tertua dan paling berpengaruh di Eropa.
Setelah itu, berturut-turut didirikan Bank Sentral Finlandia (1812), Bank Sentral Austria (1816), Bank Sentral Belanda (1814), hingga di abad ke-20 mulai bermunculan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (1913), Bank Sentral Australia (1920), Bank Sentral Peru (1922), Bank Sentral Kolombia (1923), Bank Sentral Meksiko dan Chili (1925), Bank Sentral Kanada dan Selandia Baru (1934), serta Bank Sentral China (1948).
Lalu, gimana dengan Indonesia? Nah, sejarah Bank Sentral di Indonesia ini cukup unik dan menarik, guys! Bermula dari berdirinya De Javasche Bank (DJB) yang dibentuk oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1828. Menurut arsip Bank Indonesia, tujuan didirikan DJB adalah untuk mengatasi masalah ekonomi yang melanda koloni Hindia Belanda saat itu.
Selama masa operasionalnya, DJB mampu menyelesaikan berbagai masalah moneter dan berhasil menerapkan standar nilai tukar emas. Bank ini juga menjadi satu-satunya lembaga yang berhak mencetak dan mengedarkan uang di wilayah Hindia Belanda.
Setelah Indonesia merdeka pada 1945, perjuangan untuk mengambil alih DJB pun dimulai. Akhirnya, pada tahun 1951, pemerintah Indonesia berhasil menasionalisasi DJB. Berdasarkan UU No. 11 Tahun 1953, DJB resmi diubah namanya menjadi Bank Indonesia pada 1 Juli 1953.
Namun, Bank Indonesia baru benar-benar ditetapkan sebagai Bank Sentral yang independen melalui UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang kemudian disempurnakan dengan UU No. 6 Tahun 2009. Sejak saat itu, Bank Indonesia punya tugas utama untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui kebijakan moneter yang efektif.
6 Fungsi Utama Bank Sentral yang Wajib Kamu Tahu!

Sebagai jantungnya sistem keuangan negara, Bank Sentral punya peran yang ga bisa dianggap remeh.
Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia, ada enam fungsi utama yang dijalankan oleh Bank Sentral, khususnya Bank Indonesia. Yuk, kita bahas satu per satu!
1. Memperlancar Lalu Lintas Pembayaran
Fungsi pertama ini super penting buat kehidupan ekonomi kita sehari-hari. Bank Indonesia bertugas menciptakan uang kartal (uang kertas dan logam) yang kita gunakan setiap hari. Selain itu, BI juga menyelenggarakan sistem kliring antar bank umum.
Apa itu kliring? Simpelnya, kliring adalah proses penyelesaian transaksi antar bank. Menurut data Bank Indonesia tahun 2024, sistem kliring nasional memproses jutaan transaksi setiap harinya dengan nilai triliunan rupiah, memastikan semua pembayaran berjalan lancar dan aman.
2. Sebagai Bankir, Agen, dan Penasehat Pemerintah
Nah, fungsi kedua ini menarik banget! Bank Indonesia ga cuma ngatur uang beredar aja, tapi juga berperan sebagai “banker”-nya pemerintah. Dalam hal ini, BI memelihara rekening pemerintah, memberikan pinjaman sementara bila diperlukan, dan melaksanakan transaksi yang berkaitan dengan valuta asing.
Selain itu, dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, BI juga menerima pembayaran pajak serta menganalisis berbagai data ekonomi negara untuk membantu pemerintah dalam mengambil keputusan. Bank Sentral juga jadi tempat konsultasi pemerintah terkait utang nasional, pembayaran bunga atas hutang, serta kondisi pasar uang dan modal.
Menurut ekonom dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. Telisa Aulia Falianty, peran Bank Sentral sebagai penasehat pemerintah sangat krusial terutama dalam merumuskan kebijakan fiskal dan moneter yang sinkron.
3. Memelihara Cadangan Kas Bank Umum
Fungsi ketiga ini berhubungan langsung dengan kebijakan moneter. Bank Sentral punya wewenang untuk mengatur cadangan kas yang harus dimiliki oleh bank-bank umum. Ini termasuk dalam strategi untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Berdasarkan kebijakan Bank Indonesia, setiap bank umum wajib menempatkan sejumlah dana sebagai Giro Wajib Minimum (GWM) di Bank Indonesia. Kebijakan ini efektif untuk mengendalikan likuiditas perbankan dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
4. Memelihara Cadangan Devisa Negara
Bank Sentral berfungsi sebagai penjaga cadangan devisa negara, yang terdiri dari internal reserve dan eksternal reserve. Internal reserve digunakan untuk keperluan mengatur jumlah uang beredar di dalam negeri, sementara eksternal reserve berfungsi sebagai alat pembayaran internasional.
Dilansir dari laporan Bank Indonesia per September 2024, cadangan devisa Indonesia tercatat mencapai sekitar USD 150 miliar, yang cukup untuk membiayai kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri. Cadangan devisa yang kuat ini jadi salah satu indikator kesehatan ekonomi suatu negara.
5. Mengawasi Kredit
Bank Sentral juga punya tugas mengawasi penyaluran kredit di sektor perbankan. Tujuannya untuk memastikan kredit disalurkan secara produktif dan tidak menimbulkan risiko sistemik bagi perekonomian.
Menurut analisis ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), pengawasan kredit yang ketat sangat penting untuk mencegah terjadinya kredit macet yang bisa memicu krisis perbankan seperti yang pernah terjadi pada tahun 1998.
6. Mengawasi Bank
Fungsi terakhir adalah pengawasan terhadap bank-bank yang beroperasi di Indonesia. Meskipun sejak 2013, fungsi pengawasan bank dialihkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia tetap berkoordinasi erat dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.
Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK dibentuk sebagai lembaga independen yang bertugas mengawasi sektor jasa keuangan, termasuk perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non-bank. Namun, Bank Indonesia tetap punya peran dalam pengawasan makroprudensial untuk menjaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan.
Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, koordinasi antara Bank Indonesia dan OJK sangat penting dalam menciptakan sistem keuangan yang sehat, stabil, dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
5 Peran Vital Bank Indonesia
Selain fungsi-fungsi utama yang udah kita bahas sebelumnya, Bank Indonesia juga punya peran super penting dalam mengatur sistem pembayaran di Indonesia. Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana, Bank Indonesia diberi kewenangan penuh untuk mengatur, menjaga kelancaran, dan keamanan sistem pembayaran di tanah air.
Nah, ada lima peran strategis yang dijalankan Bank Indonesia dalam sistem pembayaran nasional. Yuk, kita kupas satu per satu!
1. Sebagai Regulator
Peran pertama dan paling fundamental adalah sebagai regulator. Bank Indonesia bertanggung jawab membuat berbagai peraturan dan kebijakan terkait sistem pembayaran di Indonesia. Mulai dari aturan tentang alat pembayaran, transaksi elektronik, hingga standar keamanan sistem pembayaran.
Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, hingga tahun 2024, BI telah menerbitkan berbagai regulasi penting, termasuk peraturan tentang uang elektronik, payment gateway, hingga Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang kini udah familiar banget di kehidupan kita sehari-hari.
2. Sebagai Operator
Selain bikin aturan, Bank Indonesia juga berperan langsung sebagai operator yang menyediakan jasa layanan sistem pembayaran. Contohnya, BI mengelola sistem BI-RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement) dan BI-SSSS (Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System).
Menurut data Bank Indonesia tahun 2024, sistem BI-RTGS memproses transaksi bernilai besar dengan total nilai mencapai ribuan triliun rupiah setiap bulannya. Sistem ini memastikan transfer dana antar bank berjalan secara real-time dan aman.
3. Mengatur Perizinan
Bank Indonesia juga punya wewenang memberikan izin kepada lembaga-lembaga lain yang ingin menyediakan jasa layanan sistem pembayaran di Indonesia. Jadi, setiap perusahaan fintech, e-wallet, atau layanan pembayaran digital harus mendapat persetujuan dari BI dulu sebelum beroperasi.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016, setiap penyelenggara jasa sistem pembayaran wajib memiliki izin dan terdaftar di Bank Indonesia. Hal ini untuk memastikan keamanan dana konsumen dan mencegah praktik-praktik yang merugikan masyarakat.
Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Agusman, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, proses perizinan yang ketat ini bertujuan untuk menjaga kepercayaan publik terhadap sistem pembayaran digital yang berkembang pesat.
4. Mengatur Pengawasan
Setelah memberikan izin, Bank Indonesia ga berhenti sampai di situ aja. BI juga terus melakukan pengawasan terhadap lembaga-lembaga yang menyediakan jasa sistem pembayaran. Tujuannya untuk memastikan mereka beroperasi sesuai dengan regulasi dan standar yang ditetapkan.
Dilansir dari Kontan.co.id, Bank Indonesia secara berkala melakukan evaluasi dan audit terhadap penyelenggara sistem pembayaran, termasuk pemeriksaan terhadap aspek keamanan, perlindungan konsumen, dan kepatuhan terhadap prinsip anti pencucian uang.
Menurut analisis dari Universitas Gadjah Mada, pengawasan yang ketat dari Bank Indonesia sangat penting untuk mencegah risiko sistemik dan melindungi konsumen dari potensi fraud atau penipuan dalam transaksi digital.
5. Sebagai Fasilitator
Peran terakhir adalah sebagai fasilitator yang memfasilitasi pengembangan sistem pembayaran di Indonesia. Bank Indonesia aktif mendorong inovasi dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, mulai dari bank, fintech, hingga merchant.
Salah satu contoh nyata adalah peluncuran QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) pada tahun 2019. Berdasarkan data Bank Indonesia per Oktober 2024, transaksi QRIS telah mencapai lebih dari 600 juta transaksi per bulan dengan nilai transaksi mencapai puluhan triliun rupiah. Ini menunjukkan betapa sukses BI dalam memfasilitasi ekosistem pembayaran digital yang terintegrasi.
Seperti yang disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, pengembangan sistem pembayaran digital menjadi salah satu prioritas utama untuk mendukung inklusi keuangan dan mendorong transformasi ekonomi digital di Indonesia.
15 Contoh Bank Sentral di Dunia
Oke deh, sampai sini semoga kamu udah paham ya mulai dari pengertian, sejarah, fungsi, sampai peran. Eitsss… tapi tunggu dulu! Masih ada satu pembahasan menarik lagi nih, yaitu contoh-contoh Bank Sentral yang ada di berbagai negara.
Mungkin kamu bertanya-tanya, “Emang Bank Sentral ga cuma satu aja ya di tiap negara? Kok ada contohnya?” Nah, maksudnya bukan banyak Bank Sentral dalam satu negara, tapi kita mau lihat contoh-contoh Bank Sentral yang ada di berbagai belahan dunia dengan karakteristik dan sejarahnya masing-masing.
Yuk, kita kenalan sama 15 Bank Sentral yang paling berpengaruh di dunia!
1. Amerika Serikat: Federal Reserve System
Federal Reserve System atau yang lebih dikenal dengan sebutan The Fed adalah Bank Sentral Amerika Serikat. The Fed didirikan pada tahun 1913 melalui Federal Reserve Act dan bertanggung jawab untuk mengatur sistem keuangan AS.
Dikutip dari laman resmi Federal Reserve, The Fed punya struktur unik dengan 12 Bank Federal Reserve regional yang tersebar di seluruh negara. The Fed juga merupakan salah satu Bank Sentral paling berpengaruh di dunia karena kebijakan moneternya berdampak global.
2. Belanda: De Nederlandsche Bank
De Nederlandsche Bank (DNB) adalah Bank Sentral Belanda yang didirikan pada tahun 1814. Bank ini merupakan salah satu Bank Sentral tertua di Eropa.
Berdasarkan informasi dari European Central Bank, DNB kini menjadi bagian dari European System of Central Banks (ESCB) atau Sistem Bank Sentral Eropa, karena Belanda termasuk dalam negara-negara anggota Uni Eropa yang menggunakan mata uang Euro.
3. Hong Kong: Hong Kong Monetary Authority
Hong Kong Monetary Authority (HKMA) adalah Bank Sentral Hong Kong yang didirikan pada tahun 1993. HKMA bertanggung jawab terhadap stabilitas moneter dan mengelola cadangan devisa Hong Kong.
Menurut data HKMA, Hong Kong memiliki salah satu cadangan devisa terbesar di dunia, yang menjadi kekuatan utama dalam menjaga stabilitas dolar Hong Kong yang dipatok (pegged) terhadap dolar AS.
4. Indonesia: Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang didirikan pada tahun 1953, setelah menasionalisasi De Javasche Bank. BI bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, mengatur pasokan uang, hingga menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia.
Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2009, Bank Indonesia memiliki tiga pilar utama: menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank bersama OJK.
5. Inggris: Bank of England
Bank of England (BoE) adalah Bank Sentral Inggris yang didirikan pada tahun 1694, menjadikannya salah satu Bank Sentral tertua di dunia. BoE bertanggung jawab untuk mengatur stabilitas keuangan Inggris dan menyediakan fasilitas untuk pembelian aset.
Seperti yang dilansir dari situs resmi Bank of England, bank ini menjadi model bagi pembentukan Bank Sentral di berbagai negara lain di seluruh dunia. BoE juga dikenal sebagai pelopor dalam penerapan kebijakan Quantitative Easing (QE) saat krisis keuangan 2008.
6. Jepang: Bank of Japan
Bank of Japan (BoJ) adalah Bank Sentral Jepang yang didirikan pada tahun 1882. BoJ bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga dan mengawasi sistem keuangan Jepang.
Menurut analisis dari Nikkei Asia, Bank of Japan dikenal dengan kebijakan moneter ultra-longgar yang diterapkan selama beberapa dekade untuk mengatasi deflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
7. Malaysia: Bank Negara Malaysia
Bank Negara Malaysia adalah Bank Sentral Malaysia yang didirikan pada tahun 1959. Bank Negara Malaysia bertanggung jawab untuk mengedarkan uang, menjaga stabilitas moneter, dan menjadi penasihat bagi pemerintah Malaysia.
Dikutip dari laman resmi Bank Negara Malaysia, bank ini juga aktif dalam mengembangkan sistem keuangan Islam dan menjadi salah satu pusat keuangan syariah terbesar di dunia.
8. Mesir: Central Bank of Egypt
Central Bank of Egypt (CBE) adalah Bank Sentral Mesir yang berdiri sejak tahun 1898, menjadikannya salah satu Bank Sentral tertua di Afrika dan Timur Tengah. CBE bertanggung jawab untuk mengatur sistem perbankan Mesir, melaksanakan kebijakan moneter, menerbitkan uang kertas, dan mengatur cadangan devisa.
Berdasarkan laporan IMF, Central Bank of Egypt memainkan peran penting dalam stabilisasi ekonomi Mesir, terutama setelah gejolak politik yang terjadi pada 2011.
9. Filipina: Bangko Sentral ng Pilipinas
Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) adalah Bank Sentral Filipina yang didirikan pada tahun 1993, menggantikan Central Bank of the Philippines. BSP bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Menurut data BSP, bank ini berhasil menjaga inflasi tetap terkendali dan meningkatkan cadangan devisa negara secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
10. Rusia: Central Bank of the Russian Federation
Central Bank of the Russian Federation atau Bank Rossii adalah Bank Sentral Rusia yang didirikan pada tahun 1990, setelah runtuhnya Uni Soviet. Bank ini bertugas menjaga stabilitas mata uang Rubel dan mendorong pembangunan ekonomi Rusia.
Seperti yang dilaporkan oleh Reuters, Central Bank of Russia menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas Rubel di tengah sanksi ekonomi internasional dalam beberapa tahun terakhir.
11. Serbia: National Bank of Serbia
National Bank of Serbia (NBS) adalah Bank Sentral Serbia yang secara resmi terbentuk pada tahun 2003, meskipun sejarahnya bisa dilacak sejak tahun 1884 ketika Serbia masih berbentuk kerajaan. NBS bertanggung jawab atas perizinan dan pengawasan bank serta lembaga keuangan lainnya.
Berdasarkan laporan Komisi Eropa, NBS berperan penting dalam proses stabilisasi ekonomi Serbia dan persiapan negara tersebut untuk bergabung dengan Uni Eropa.
12. Thailand: Bank of Thailand
Bank of Thailand (BoT) adalah Bank Sentral Thailand yang didirikan pada tahun 1942. BoT bertanggung jawab untuk menjaga kestabilan ekonomi dan keuangan negara, serta mengatur kebijakan moneter.
Dikutip dari laman resmi Bank of Thailand, bank ini berperan penting dalam pemulihan ekonomi Thailand pasca krisis keuangan Asia 1997 dan terus menjaga stabilitas Baht Thailand.
13. Uni Eropa: European Central Bank
European Central Bank (ECB) adalah Bank Sentral Uni Eropa yang didirikan pada tahun 1998 dan berkantor pusat di Frankfurt, Jerman. ECB bertanggung jawab untuk mengatur kebijakan moneter dan menjaga stabilitas harga bagi negara-negara yang menggunakan mata uang Euro.
Menurut data ECB, bank ini mengelola kebijakan moneter untuk 20 negara anggota zona Euro dengan total populasi lebih dari 340 juta orang, menjadikannya salah satu Bank Sentral paling berpengaruh di dunia.
14. Vietnam: State Bank of Vietnam
State Bank of Vietnam (SBV) adalah Bank Sentral Vietnam yang didirikan pada tahun 1951. SBV bertanggung jawab untuk merumuskan kebijakan moneter, mengawasi lembaga keuangan, dan menjaga stabilitas mata uang Dong Vietnam.
Berdasarkan laporan Asian Development Bank, SBV telah berhasil mendukung pertumbuhan ekonomi Vietnam yang pesat dengan menjaga inflasi tetap terkendali dan sistem perbankan yang stabil.
15. Zimbabwe: The Reserve Bank of Zimbabwe
The Reserve Bank of Zimbabwe (RBZ) adalah Bank Sentral Zimbabwe yang didirikan pada tahun 1956. RBZ bertanggung jawab merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter negara.
Seperti yang dilaporkan oleh BBC News, RBZ pernah menghadapi tantangan berat saat Zimbabwe mengalami hiperinflasi pada akhir 2000-an, dengan tingkat inflasi mencapai miliaran persen, menjadi salah satu krisis moneter terburuk dalam sejarah modern.
Nah, itu dia 15 contoh Bank Sentral dari berbagai negara dengan karakteristik dan tantangannya masing-masing. Meskipun setiap Bank Sentral punya konteks dan kondisi ekonomi yang berbeda, tapi tujuan utamanya sama: menjaga stabilitas ekonomi dan moneter negara masing-masing. Keren, kan? 😊