Dilansir dari Kompas.com, sejumlah kasus penyalahgunaan rekening kembali muncul pada awal 2025 di beberapa kota besar sehingga bank diminta memperketat verifikasi identitas nasabah lewat prosedur Know Your Customer atau KYC. Kebijakan ini membuat proses validasi data menjadi langkah pertama yang wajib dilakukan sebelum rekening bisa digunakan.
Kondisi tersebut memunculkan pertanyaan sederhana, kenapa verifikasi identitas kini terasa lebih ketat dan apa sebenarnya fungsi KYC dalam menjaga keamanan layanan perbankan digital. Situasi ini semakin relevan karena transaksi online naik cukup cepat beberapa tahun terakhir.
Penerapan standar yang mengacu pada regulasi OJK dan ketentuan anti pencucian uang membuat KYC menjadi pondasi utama agar layanan bank tetap aman dari identitas palsu maupun aktivitas berisiko.
Apa Itu KYC dan Kenapa Penting
KYC atau Know Your Customer merupakan prosedur verifikasi identitas nasabah yang dilakukan oleh bank untuk memastikan seseorang benar-benar pemilik identitas tersebut. Berdasarkan Kominfo.go.id, verifikasi ini menjadi standar keamanan wajib karena berkaitan langsung dengan pencegahan penipuan, penyalahgunaan rekening, sampai pendanaan ilegal.
Kebijakan ini bukan aturan baru karena sudah dituangkan dalam Peraturan OJK terkait penerapan program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di sektor keuangan. Bank harus mengenal identitas, aktivitas, dan profil risiko calon nasabah sebelum menyetujui pembukaan rekening maupun pemberian akses transaksi tertentu.
Intinya, KYC menjamin sistem finansial tetap bersih dari akun palsu atau manipulatif karena setiap identitas yang masuk harus sesuai dengan data Dukcapil. Tanpa pengecekan menyeluruh, celah penipuan bisa muncul dalam berbagai bentuk, misalnya pembuatan rekening fiktif untuk menampung dana ilegal. Hal inilah yang membuat bank menempatkan KYC sebagai tahapan paling awal dalam proses onboarding digital.
Bentuk Data yang Dicek Saat KYC
Di sisi lain, data yang dikumpulkan dalam KYC bukan sekadar identitas dasar karena setiap bank membutuhkan informasi yang cukup untuk menilai profil risiko. Format dasar umumnya mengikuti ketentuan OJK serta standar keamanan internasional.
Berikut data yang biasanya diperlukan bank saat melakukan verifikasi:
- Nomor Induk Kependudukan
- KTP elektronik
- Alamat domisili
- Informasi pekerjaan
- Sumber penghasilan
- Nomor kontak aktif
- Rekaman wajah melalui selfie verification
- Tanda tangan digital atau manual
Menurut Detik.com, metode verifikasi wajah kini paling umum digunakan di perbankan digital karena dapat mengurangi potensi pemalsuan identitas. Proses ini dihubungkan dengan database kependudukan sehingga kecocokan data bisa dipastikan secara otomatis.
Proses Verifikasi KYC Bank Secara Umum
Untuk memahami alurnya, proses KYC pada perbankan modern dapat digambarkan melalui beberapa tahapan yang cukup berurutan. Teknologi memegang peran besar karena proses yang dulu manual kini beralih ke verifikasi biometrik dan pengecekan online.
Tahapan KYC
- Pengumpulan Data Identitas
Calon nasabah memasukkan data lengkap seperti NIK, nama, dan alamat sesuai KTP. - Unggah Dokumen Resmi
Foto KTP, foto selfie, tanda tangan, dan beberapa dokumen tambahan untuk kebutuhan tertentu. - Pengecekan Otomatis ke Dukcapil
Sistem bank akan mencocokkan data dengan database pemerintah untuk memastikan validitas. - Analisis Profil Risiko
Bank menilai apakah aktivitas transaksi calon nasabah sesuai kebijakan internal serta standar keamanan. - Persetujuan Akun
Jika seluruh data sesuai dan lolos verifikasi, rekening akan aktif dan dapat digunakan.
Prosedur di atas akan berbeda sedikit pada bank digital karena seluruh tahapan berjalan melalui aplikasi tanpa ke cabang. Namun esensinya tetap sama yaitu memastikan identitas nasabah benar dan tidak ada aktivitas berisiko.
Perbedaan e-KYC dan KYC Konvensional
Transisi menuju layanan digital membuat munculnya istilah e-KYC yang sering membingungkan. Sementara KYC tradisional mengharuskan calon nasabah datang ke kantor cabang, e-KYC memungkinkan verifikasi dilakukan sepenuhnya dari ponsel.
Penjelasannya dapat dilihat melalui tabel berikut agar lebih mudah dibedakan.
Proses ini menunjukkan bagaimana digitalisasi mempercepat layanan dengan tetap mempertahankan unsur keamanan.
| Jenis Verifikasi | KYC Konvensional | e-KYC Digital |
|---|---|---|
| Lokasi | Kantor cabang | Aplikasi ponsel |
| Dokumen | Fotokopi dan asli | Foto digital dan biometrik |
| Durasi | Beberapa jam | Hitungan menit |
| Keamanan | Manual | Sistem otomatis AI |
Menurut pejabat OJK dalam sesi konferensi pers yang dikutip media nasional, tingkat keberhasilan identifikasi digital meningkat signifikan berkat penggunaan AI dan sistem liveness detection.
“Teknologi biometrik membuat proses verifikasi lebih aman dan mengurangi peluang penyalahgunaan identitas,” ujarnya.
Tantangan KYC di Era Digital
Meskipun lebih cepat, sistem KYC digital tetap menghadapi sejumlah tantangan karena tidak semua kondisi dapat diverifikasi secara otomatis. Kasus data tidak sinkron antara KTP dan Dukcapil sering menjadi hambatan yang membuat proses berulang atau gagal.
Hal lain yang cukup menantang adalah potensi pemalsuan biometrik yang menggunakan foto atau video palsu meski sistem modern sudah sangat ketat. Beberapa aplikasi bahkan menambahkan pengujian gerakan wajah agar proses verifikasi tidak bisa dipalsukan.
Peningkatan literasi digital juga menjadi tantangan tersendiri karena masih banyak masyarakat yang belum terbiasa mengunggah dokumen atau melakukan proses verifikasi lewat aplikasi. Di sinilah pentingnya edukasi agar keamanan tetap terjaga tanpa menghambat pelayanan.
Closing
KYC membantu bank memastikan identitas benar sejak awal sehingga transaksi tetap aman di dunia digital yang makin cepat berubah.
Singkatnya, KYC jadi langkah dasar yang menjaga layanan perbankan tetap bersih dan aman. Semoga penjelasan ini cukup membantu.