Kasus gagal bayar yang menimpa industri asuransi, seperti Wanaartha Life yang merugikan nasabah hingga triliunan rupiah, menjadi “tamparan keras” bagi masyarakat Indonesia. Banyak nasabah yang awalnya berniat melindungi keluarga, justru kehilangan uang tabungan masa depannya karena salah memilih “kapal”.
Asuransi sejatinya adalah payung pelindung. Namun, jika payungnya bocor, Anda tetap akan basah kuyup saat badai datang. Oleh karena itu, literasi dalam memilih perusahaan asuransi yang sehat bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Kuncinya ada pada satu istilah teknis yang wajib Anda hafal: RBC (Risk Based Capital). Simak panduan lengkap berikut agar Anda tidak menjadi korban gagal bayar berikutnya.
Apa Itu RBC Asuransi? Benteng Pertama Keamanan Dana Nasabah
Saat memilih asuransi, jangan hanya melihat brosurnya yang mengkilap. Lihatlah “jantung” keuangannya.
Definisi RBC dan Standar OJK 120%
Risk Based Capital (RBC) atau rasio solvabilitas adalah ukuran kemampuan perusahaan asuransi untuk membayar kewajibannya (klaim nasabah) menggunakan aset yang dimiliki. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan aturan ketat: perusahaan asuransi wajib memiliki RBC minimal 120%.
Mengapa RBC Tinggi Menjamin Keamanan?
Angka 120% berarti perusahaan memiliki aset 1,2 kali lipat lebih besar dibandingkan total risiko klaim yang mungkin terjadi. Semakin tinggi angka RBC (di atas 120%), semakin sehat kondisi finansial perusahaan tersebut dan semakin kecil risiko gagal bayar. Sebaliknya, jika RBC di bawah 100%, perusahaan masuk kategori tidak sehat dan dalam pengawasan khusus.
Cek Rekam Jejak dan Grup Perusahaan
Jangan beli asuransi seperti beli kucing dalam karung. Lakukan riset mandiri (Do Your Own Research).
Stabilitas Grup Perusahaan
Perencana keuangan menyarankan untuk melihat seberapa besar dan stabil grup perusahaan asuransi tersebut. Perusahaan yang bernaung di bawah grup konglomerasi besar atau multinasional biasanya memiliki dukungan modal yang lebih kuat jika terjadi guncangan ekonomi.
Menelusuri Riwayat Gagal Bayar
Cek rekam jejaknya di mesin pencari. Apakah perusahaan pernah tersangkut kasus sengketa klaim massal? Reputasi masa lalu adalah cerminan layanan masa depan.
Bedah Laporan Keuangan Publik, Transparansi Adalah Kunci
Perusahaan asuransi yang sehat tidak akan menyembunyikan laporan keuangannya.
Cara Mengakses Laporan Keuangan
Anda bisa mengunjungi website resmi perusahaan asuransi dan mencari menu “Laporan Keuangan” atau “Investor Relations”. Perusahaan wajib mempublikasikan laporan ini secara berkala.
Indikator Selain RBC
Selain RBC, perhatikan rasio likuiditas dan pertumbuhan aset. Pastikan aset investasi mereka ditempatkan pada instrumen yang aman dan sesuai regulasi, bukan pada saham gorengan yang berisiko tinggi.
Waspada ‘Red Flag’ Iming-Iming Imbal Hasil (Return) Tinggi
Ini adalah jebakan paling mematikan. Banyak korban gagal bayar terjebak karena tergiur bunga tinggi.
Bahaya Bunga Tetap di Atas Pasar
Jika ada agen asuransi menjanjikan return pasti (fixed rate) yang jauh lebih tinggi daripada bunga deposito bank atau obligasi negara, itu adalah lampu merah (Red Flag). Hukum investasi berlaku: High Risk, High Return.
Belajar dari Produk Saving Plan
Produk yang menjanjikan imbal hasil instan dan pasti seringkali menyembunyikan risiko besar di baliknya. Hindari perusahaan yang menjual produk dengan skema yang “too good to be true”.
Cara Membaca Ilustrasi Produk: Jangan Terkecoh Angka Agresif
Dalam proposal asuransi (khususnya Unit Link), agen akan menyodorkan tabel ilustrasi perkembangan dana.
Konservatif vs Agresif
Ilustrasi biasanya menampilkan tiga skenario: Rendah (Konservatif), Sedang (Moderat), dan Tinggi (Agresif).
Gunakan Patokan Terendah
Jangan pernah membeli asuransi karena melihat angka di kolom “Agresif”. Angka itu hanyalah prediksi, bukan jaminan. Selalu gunakan asumsi Konservatif atau Moderat sebagai patokan realistis agar Anda tidak kecewa di kemudian hari.
Menghitung Uang Pertanggungan (UP) Agar Tidak ‘Under-Insured’
Salah satu kesalahan fatal nasabah adalah membeli asuransi dengan UP (Uang Pertanggungan) yang terlalu kecil.
Rumus Menghitung UP Ideal
Jangan sampai pengeluaran keluarga setahun Rp200 juta, tapi UP asuransi jiwanya cuma Rp200 juta. Itu hanya cukup untuk hidup satu tahun!. Hitunglah UP minimal 5-10 kali pengeluaran tahunan agar keluarga yang ditinggalkan bisa bertahan hidup dan memutar modal tersebut.
Kenali Profil Risiko Asuransi Murni dan Unit Link
Kapan Pilih Asuransi Murni?
Jika tujuan Anda murni untuk proteksi kesehatan atau jiwa tanpa ingin pusing memikirkan fluktuasi investasi, pilihlah asuransi tradisional (murni). Premi biasanya lebih murah dengan fokus manfaat yang jelas.
Kapan Pilih Unit Link?
Unit Link menggabungkan asuransi dan investasi. Produk ini cocok bagi Anda yang paham risiko investasi dan berencana memegang polis dalam jangka panjang (di atas 10 tahun). Namun, ingat bahwa nilai tunai investasi tidak dijamin.
Pastikan Terdaftar dan Diawasi OJK
Ini syarat mutlak yang tidak bisa ditawar.
Cek Izin Usaha
Pastikan perusahaan asuransi tersebut memiliki izin usaha yang aktif dari OJK. Anda bisa mengeceknya langsung melalui kontak OJK 157 atau situs resmi mereka.
Agen Berlisensi
Pastikan juga Anda membeli dari agen yang memiliki sertifikasi aktif dari AAJI (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia) atau AAUI (Umum). Agen profesional akan membantu proses klaim, bukan lari setelah closing.
Reputasi di Mata Nasabah
Asuransi baru teruji kualitasnya saat terjadi klaim.
Cari Review Jujur
Hindari perusahaan yang banyak dikeluhkan nasabahnya karena proses klaim yang berbelit-belit atau lambat. Pilih perusahaan yang menyediakan aplikasi digital untuk memantau status klaim secara transparan.
Shafira Cendra Arini adalah jurnalis dinamis yang saat ini berkiprah sebagai Editor, Reporter, dan Penulis. Dengan passion yang kuat terhadap jurnalisme digital dan kemampuan multitasking yang excellent, Shafira menghadirkan konten berkualitas yang informatif dan engaging bagi jutaan pembaca.