Beranda » Berita » Grup Sampoerna Lepas Saham SGRO 65,7%, Resmi Hengkang dari Bursa Efek Indonesia

Grup Sampoerna Lepas Saham SGRO 65,7%, Resmi Hengkang dari Bursa Efek Indonesia

Kabar mengejutkan datang dari dunia pasar modal Indonesia. Salah satu nama besar yang udah puluhan tahun jadi bagian dari Bursa Efek Indonesia kini resmi hengkang. 📉

Grup Sampoerna, konglomerasi keluarga yang namanya identik dengan bisnis rokok dan berbagai industri strategis di Indonesia, akhirnya melepas semua kepemilikan sahamnya di pasar modal. Langkah ini ditandai dengan penjualan saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), emiten terakhir yang masih berada di bawah kendali Grup Sampoerna.

Dilansir dari Kompas.com, perpindahan saham ini dipublikasikan dalam Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia pada Kamis, 20 November 2025. Aksi korporasi ini sekaligus menutup perjalanan panjang keluarga Sampoerna di bursa yang telah berlangsung sejak awal dekade 1990-an.

Keputusan ini bukan sekadar transaksi bisnis biasa. Ini menandai berakhirnya era salah satu konglomerasi terbesar Indonesia di pasar modal setelah lebih dari tiga dekade berkiprah.

Detail Transaksi Penjualan SGRO

Aksi korporasi yang mengakhiri keberadaan Grup Sampoerna di bursa ini melibatkan perpindahan kepemilikan saham yang cukup signifikan.

Jumlah Saham yang Berpindah

Transaksi melibatkan perpindahan 1.195.217.500 saham SGRO, yang setara dengan 65,721 persen dari total modal disetor perusahaan. Saham ini berpindah dari Twinwood Family Holdings Limited, entitas yang merepresentasikan kepemilikan keluarga Sampoerna, kepada AGPA Pte. Ltd.

AGPA Pte. Ltd. sendiri merupakan anak usaha dari Posco International Corporation, konglomerasi asal Korea Selatan yang punya jejak bisnis panjang di Indonesia.

Baca Juga:  5 Aplikasi Crypto Teraman di Indonesia 2025 Resmi OJK, Bappebti, dan Exchange Global

Menurut keterangan resmi, SGRO menerima pemberitahuan formal mengenai perpindahan saham tersebut pada 19 November 2025, sehari sebelum pengumuman resmi ke publik melalui BEI.

Pembeli: Posco International Corporation

Posco International adalah bagian dari Posco Group, salah satu konglomerasi terbesar Korea Selatan yang bergerak di berbagai sektor:

  • Perdagangan internasional
  • Energi dan sumber daya alam
  • Industri baja dan logam
  • Agribisnis dan perkebunan

Berdasarkan data dari Posco.com, perusahaan ini memiliki rekam jejak panjang di Indonesia, mulai dari proyek Krakatau Posco di Cilegon hingga kerja sama energi dengan Pertamina Hulu Energi.

Dalam industri kelapa sawit khususnya, Posco International sudah beroperasi sejak 2011 melalui PT Bio Inti Agrindo di Papua Selatan. Saat ini mereka mengoperasikan tiga pabrik pengolahan minyak sawit dengan kapasitas total 210.000 ton per tahun.

Sejarah Sampoerna Agro (SGRO) di Bursa

Untuk memahami signifikansi pelepasan ini, penting mengetahui perjalanan SGRO sejak awal berdirinya.

Awal Mula Perusahaan

SGRO didirikan pada 7 Juni 1993 dengan nama PT Selapan Jaya. Perusahaan ini fokus pada bisnis perkebunan kelapa sawit dan pengolahan turunannya.

Titik balik terjadi pada 2007 ketika perusahaan diakuisisi oleh Grup Sampoerna Strategic. Pasca akuisisi, nama perusahaan diubah menjadi PT Sampoerna Agro untuk mencerminkan kepemilikan baru.

IPO dan Pelantaian di Bursa

Sampoerna Agro melantai di Bursa Efek Jakarta (BEJ) – nama lama BEI – pada 18 Juni 2007.

Detail IPO SGRO waktu itu:

Komponen Detail
Total Saham IPO 1,890 miliar saham
Saham Publik 461.350.000 saham (24,41%)
Nilai Nominal Rp200 per saham
Harga Penawaran Rp2.340 per saham
Dana dari IPO Rp1,079 triliun

Model Bisnis Terintegrasi

Bersama anak-anak usahanya, Sampoerna Agro membangun bisnis perkebunan terintegrasi dengan fokus pada prinsip keberlanjutan jangka panjang. Model bisnis ini mencakup:

  • Perkebunan kelapa sawit
  • Pengolahan crude palm oil (CPO)
  • Distribusi produk turunan sawit
  • Manajemen lahan berkelanjutan

Perjalanan Grup Sampoerna di Pasar Modal

Hubungan Grup Sampoerna dengan pasar modal Indonesia jauh lebih tua dari SGRO. Perjalanan mereka dimulai sejak awal dekade 1990-an.

Baca Juga:  Ini 6 Rekomendasi Saham BNI Sekuritas 17 November 2025 Berpotensi Naik

HMSP: Perintis di Bursa (1990)

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) adalah perusahaan pertama dari grup ini yang mencatatkan saham di pasar modal pada 15 Agustus 1990.

Detail IPO HMSP:

  • 27 juta saham ditawarkan ke publik
  • 18 juta saham pendiri
  • Total saham terdaftar: 45 juta saham
  • Porsi publik: 60%
  • Harga penawaran: Rp12.600 per saham

Akuisisi Philip Morris (2005)

Perubahan besar terjadi pada 10 Maret 2005 ketika Philip Morris International Inc. (PMI) mengambil alih mayoritas kepemilikan HMSP:

  • PMI membeli 40% saham dari keluarga Sampoerna
  • Ditambah 57,5% saham dari investor publik via tender offer
  • Total PMI menguasai lebih dari 97% saham HMSP

Menurut Detik.com, aksi korporasi ini menandai berakhirnya kiprah keluarga Sampoerna dalam bisnis rokok yang selama puluhan tahun menjadi usaha utama mereka. Saat ini HMSP berstatus sebagai anak perusahaan PT Philip Morris Indonesia.

Kepemilikan di Alfamart (2006)

Di luar SGRO dan HMSP, Grup Sampoerna juga pernah memiliki 10% saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) sebelum melepasnya ke Grup Northstar pada 2006.

Alasan di Balik Pelepasan SGRO

Keputusan hengkang dari pasar modal tentu bukan keputusan yang diambil sembarangan. Ada pertimbangan strategis di baliknya.

Pernyataan Resmi Grup Sampoerna

Presiden Direktur Grup Sampoerna, Bambang Sulistyo, menjelaskan penjualan ini merupakan langkah strategis untuk memfokuskan sumber daya pada lini bisnis lain.

“Kami sangat bersyukur karena telah menemukan rumah baru bagi SGRO. Kami yakin, pemilik baru akan menjadi rumah yang baik bagi para pegawai dan membawa SGRO pada prospek pertumbuhan bisnis yang lebih baik ke depan,” ujar Bambang dalam keterangan pers, Kamis (20/11/2025).

Strategi Refokus Bisnis

Bambang menegaskan bahwa Grup Sampoerna tetap berkontribusi bagi ekonomi nasional melalui sejumlah lini bisnis strategis:

  • Bank Sahabat Sampoerna – Sektor perbankan
  • Sampoerna Kayoe – Industri perkayuan dan furnitur
  • Sampoerna Land – Properti dan pengembangan lahan
  • Putera Sampoerna Foundation – Pendidikan dan filantropi

Dengan melepas SGRO, grup ini bisa fokus mengembangkan bisnis-bisnis tersebut tanpa terdistraksi dengan operasional perkebunan kelapa sawit.

Baca Juga:  Kena PHK Sepihak? Begini Cara Lapor ke Kemenaker Soal PHK dan Gaji Tak Adil

Minat Investor Tetap Tinggi

Bambang menilai Posco International sebagai pihak yang tepat untuk membawa SGRO memasuki fase pertumbuhan baru. Menurutnya, minat investor terhadap industri kelapa sawit Indonesia tetap tinggi, tetapi Posco dipandang paling mampu melanjutkan tren positif SGRO.

Dampak bagi SGRO dan Industri Kelapa Sawit

Pergantian kepemilikan ini akan membawa perubahan signifikan bagi SGRO dan industri sawit Indonesia secara lebih luas.

Ekspektasi dengan Kepemilikan Baru

Dengan pengalaman Posco International di agribisnis kelapa sawit sejak 2011, ada beberapa ekspektasi:

  • Integrasi dengan operasi existing Posco di Papua Selatan
  • Potensi ekspansi kapasitas produksi
  • Transfer teknologi dan best practice dari Korea
  • Akses ke pasar ekspor yang lebih luas via jaringan Posco Group

Keberlangsungan Operasional

Meskipun berganti pemilik, operasional SGRO diharapkan berjalan normal. Posco memiliki track record baik dalam manajemen akuisisi dan integrasi bisnis di berbagai negara.

Analisis: Akhir Era Konglomerasi Keluarga di Bursa?

Hengkangnya Grup Sampoerna dari pasar modal bisa jadi refleksi tren yang lebih besar di Indonesia.

Tren Divestasi Konglomerasi Keluarga

Beberapa tahun terakhir, ada tren konglomerasi keluarga besar Indonesia yang melakukan divestasi atau melepas kepemilikan di perusahaan publik:

  • Grup Salim dengan beberapa anak usahanya
  • Grup Lippo yang konsolidasi portofolio
  • Grup Bakrie yang restrukturisasi bisnis

Ini bisa jadi indikasi pergeseran strategi dari model holding company yang besar ke fokus pada core business yang lebih spesifik.

Kelebihan dan Kekurangan Keluar dari Pasar Modal

Kelebihan ✅ Kekurangan ❌
Bebas dari kewajiban keterbukaan informasi Kehilangan akses mudah ke pendanaan publik
Lebih fleksibel dalam pengambilan keputusan Valuasi perusahaan kurang transparan
Hemat biaya compliance dan corporate governance Likuiditas saham berkurang drastis
Fokus pada strategi jangka panjang tanpa tekanan kuartalan Kehilangan eksposur dan brand awareness
Hindari volatilitas harga saham Sulit bagi investor awal untuk exit

Masa Depan Grup Sampoerna

Meskipun hengkang dari bursa, Grup Sampoerna tetap menjadi pemain penting dalam ekonomi Indonesia.

Fokus Bisnis Baru

Dengan lepas dari SGRO dan sebelumnya dari HMSP, grup ini sekarang fokus pada empat pilar bisnis utama yang disebutkan sebelumnya. Strategi ini mencerminkan transformasi dari konglomerasi yang tersebar ke fokus pada sektor-sektor dengan sinergi lebih kuat.

Kontribusi Berkelanjutan

Grup Sampoerna tetap berkomitmen berkontribusi pada ekonomi nasional melalui:

  • Penyerapan tenaga kerja di berbagai lini bisnis
  • Investasi di sektor strategis seperti perbankan dan properti
  • Program CSR via Putera Sampoerna Foundation
  • Pengembangan UMKM dan edukasi masyarakat

Hengkangnya Grup Sampoerna dari Bursa Efek Indonesia menandai akhir era salah satu konglomerasi terbesar Indonesia di pasar modal.

Setelah lebih dari tiga dekade, keputusan strategis ini membuka babak baru baik bagi grup tersebut maupun SGRO di bawah kepemilikan Posco International. 📊