Beranda » Berita » Harga Bitcoin Turun di Bawah USD100K, Panik Jual atau Hold? Ini Saran dari VP Indodax

Harga Bitcoin Turun di Bawah USD100K, Panik Jual atau Hold? Ini Saran dari VP Indodax

Bangun tidur pagi ini, cek harga Bitcoin… Anjlok!

Kalau kamu investor kripto, pasti sudah merasakan roller coaster emosional beberapa hari terakhir.

Harga Bitcoin yang sempat gagah-gagahan di atas USD100 ribu sekarang terjun bebas ke bawah USD96 ribu.

Pertanyaannya: Panik jual sebelum turun lebih dalam, atau hold sambil berdoa harga naik lagi?

Ini dilema klasik yang selalu dihadapi investor kripto setiap kali terjadi koreksi besar. Ada yang langsung panic selling takut rugi makin besar, ada yang tetap hold dengan prinsip “HODL” (Hold On for Dear Life), dan ada juga yang malah beli lebih banyak karena yakin ini adalah “dip” yang bagus untuk masuk.

Pasar aset kripto kembali bergerak melemah setelah harga Bitcoin (BTC) turun ke bawah level support di kisaran USD96 ribu. Ini terjadi meskipun Pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi kembali beroperasi setelah Presiden Donald Trump menandatangani rancangan anggaran yang mengakhiri shutdown selama 43 hari pada Rabu malam (13/11) waktu setempat.

Banyak yang berharap akhirnya shutdown pemerintah AS bisa jadi katalis positif untuk kripto—tapi ternyata pasar malah flat, bahkan cenderung turun.

Lalu sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Bitcoin bisa anjlok? Dan yang paling penting: apa yang harus dilakukan investor kripto sekarang?

Vice President Indodax, Antony Kusuma, memberikan pandangan dan saran lengkap untuk investor di tengah kondisi pasar yang tidak pasti ini.

Mari kita kupas lengkap analisis dari expert lokal tentang penyebab penurunan Bitcoin dan strategi terbaik menghadapinya.

Kondisi Terkini: Bitcoin Turun ke USD96 Ribu

Pergerakan Harga Bitcoin Beberapa Hari Terakhir

Untuk memahami situasi sekarang, mari lihat perjalanan harga Bitcoin beberapa waktu terakhir:

Oktober – Awal November 2025:

  • Bitcoin sempat menguat dan stabil di kisaran USD102 ribu – USD105 ribu
  • Sentimen positif dari berbagai adopsi institusional
  • Ekspektasi tinggi menjelang akhir shutdown pemerintah AS

Pertengahan November 2025:

  • Harga mulai terkoreksi turun ke USD98 ribu – USD100 ribu
  • Tekanan jual mulai meningkat
  • Volume trading menurun (tanda investor wait and see)

15 November 2025 (Saat Artikel Ini Ditulis):

  • Bitcoin tembus ke bawah level support USD96 ribu
  • Beberapa exchange mencatat harga terendah di USD95.800
  • Kapitalisasi pasar kripto turun sekitar 3-5% dalam 24 jam

Reaksi Pasar Kripto Secara Keseluruhan

Tidak hanya Bitcoin yang turun, altcoin juga ikut tertekan:

  • Ethereum (ETH): Turun 4-6%
  • BNB: Turun 3-5%
  • Solana (SOL): Turun 5-7%
  • Cardano (ADA): Turun 4-6%

Ini menunjukkan bahwa penurunan bersifat market-wide correction, bukan hanya masalah spesifik Bitcoin.

Penyebab Bitcoin Anjlok di Bawah USD100 Ribu

Vice President Indodax Antony Kusuma menjelaskan bahwa penurunan harga Bitcoin di bawah USD100 ribu dipengaruhi oleh beberapa faktor makro yang bersifat eksternal.

Mari kita bahas satu per satu:

1. Reaksi Pasar yang Flat Terhadap Berakhirnya Shutdown AS

Penandatanganan anggaran oleh Presiden Trump mengakhiri shutdown terpanjang dalam sejarah AS—43 hari.

Baca Juga:  IHSG Bangkit! Ini 6 Saham Potensial yang Bisa Bikin Cuan Deras Hari Ini

Shutdown berakhir dan pendanaan federal dipulihkan hingga 30 Januari 2026. Dengan beroperasinya pemerintah secara penuh, lembaga-lembaga yang memegang peran penting dalam ekosistem kripto, termasuk Securities and Exchange Commission (SEC) dan Commodity Futures Trading Commission (CFTC), dapat melanjutkan agenda regulasinya.

Harapan pasar:

  • Proses persetujuan ETF Kripto berlanjut
  • Kejelasan regulasi stablecoin
  • Kebijakan pro-kripto dari regulator

Realita:

  • Pasar malah flat atau turun
  • Investor mengambil posisi wait and see
  • Tidak ada euphoria seperti yang diharapkan

Kenapa begitu?

Antony Kusuma menjelaskan: “Kondisi pasca-shutdown kali ini berbeda. Meski Pemerintah AS telah kembali beroperasi, reaksi pasar kripto relatif datar, bahkan Bitcoin masih berada di bawah tekanan.”

Pasar mungkin sudah “price in” (sudah memperhitungkan) berakhirnya shutdown, sehingga tidak ada surprise positive yang bisa mendorong harga naik.

2. Gangguan Data Ekonomi Akibat Shutdown

Shutdown yang berkepanjangan menyebabkan gangguan pada proses pengumpulan data ekonomi penting, termasuk:

  • Consumer Price Index (CPI) untuk Oktober 2025 yang seharusnya dirilis November 2025
  • Laporan pekerjaan (nonfarm payrolls) untuk Oktober 2025

Dampak untuk pasar kripto:

Tanpa data ekonomi terbaru, investor tidak punya acuan yang jelas untuk membuat keputusan. Ketidakpastian ini membuat mereka lebih memilih risk-off (keluar dari aset berisiko seperti kripto) dan menunggu data lengkap keluar.

3. Tekanan Inflasi yang Masih Tinggi

Data terakhir menunjukkan adanya tekanan harga yang masih membayangi ekonomi AS:

Tingkat inflasi tahunan di AS:

  • September 2025: Naik menjadi 3,0% (tertinggi sejak Januari)
  • Agustus 2025: 2,9%
  • Perkiraan pasar: 3,1% (actual sedikit lebih baik)

Meskipun angka actual sedikit di bawah ekspektasi, inflasi 3,0% masih di atas target The Fed sebesar 2%.

Kenapa inflasi tinggi buruk untuk Bitcoin?

  1. The Fed kemungkinan tidak akan pangkas suku bunga agresif kalau inflasi masih tinggi
  2. Suku bunga tinggi = biaya pinjaman mahal → investor kurang tertarik berinvestasi di aset berisiko
  3. Dollar menguat → aset alternatif seperti Bitcoin kurang menarik

Data CPI terakhir ini masih menjadi acuan utama bagi The Fed karena perilisan data terbaru yang tertunda akibat shutdown.

4. Ketidakpastian Kebijakan Suku Bunga The Fed

Ini adalah faktor utama yang paling menentukan arah Bitcoin menurut Antony Kusuma.

“Kebijakan suku bunga The Fed memiliki imbas terhadap pergerakan harga Bitcoin. Selain itu, selama arah kebijakan masih belum pasti, volatilitas pasar akan tetap tinggi karena investor cenderung menunggu kejelasan sebelum kembali masuk,” ujar Antony dalam siaran persnya, Sabtu, 15 November 2025.

Situasi saat ini:

  • Suku bunga The Fed masih di level tinggi (5,25%-5,50%)
  • Pasar berharap ada pemangkasan suku bunga di Desember 2025
  • Tapi dengan inflasi masih 3%, pemangkasan belum pasti

Kenapa investor menunggu?

  • Kalau suku bunga dipangkas → Positif untuk Bitcoin (biaya pinjaman turun, likuiditas meningkat)
  • Kalau suku bunga tetap tinggi → Negatif untuk Bitcoin (investor lebih suka simpan di deposito/obligasi yang lebih aman)

Ketidakpastian ini membuat investor lebih baik cash dulu daripada terjebak di posisi yang salah.

5. Profit Taking Setelah Rally Panjang

Jangan lupa, Bitcoin sudah rally cukup panjang dari awal tahun 2025:

  • Januari 2025: Sekitar USD40 ribu
  • Puncak (Oktober 2025): USD105 ribu
  • Gain: lebih dari 150% dalam 10 bulan!

Koreksi 5-10% setelah rally seperti ini adalah wajar sebagai profit taking—investor yang sudah untung besar ambil keuntungan dulu.

Apakah Ini Titik Balik atau Akan Turun Lebih Dalam?

Pertanyaan sejuta dollar: Apakah USD96 ribu ini adalah “bottom” (titik terendah) atau masih akan turun lebih dalam?

Analisis dari VP Indodax: Konsolidasi Menuju Pematangan Pasar

Vice President Indodax Antony Kusuma menyampaikan fluktuasi harga saat ini harus dilihat sebagai konsolidasi pasar menuju fase pematangan.

Artinya:

  • Penurunan ini bukan akhir dari bull market
  • Ini adalah fase konsolidasi di mana pasar menunggu katalis baru
  • Investor lemah keluar, investor kuat bertahan atau malah beli lebih banyak

“Pergerakan harga yang terjadi saat ini merupakan bagian dari dinamika pasar aset digital di era ketidakpastian global,” jelas Antony.

Baca Juga:  BCA Buka Lowongan Kerja S1–S2 Hingga Januari 2026! Ini Syarat WMP dan MDP, Simak Kualifikasinya

Faktor yang Bisa Jadi Turning Point

1. Pemangkasan Suku Bunga The Fed di Desember 2025

“Sinyal pemangkasan suku bunga di Desember nantinya bisa menjadi titik balik penting, sebab perubahan arah kebijakan moneter berpotensi membuka ruang pemulihan harga di pasar kripto global,” tambah Antony.

Kalau The Fed benar-benar pangkas suku bunga, ini bisa jadi katalis besar untuk Bitcoin naik lagi.

2. Kejelasan Regulasi Kripto dari SEC dan CFTC

Dengan kembalinya regulator utama seperti SEC dan CFTC bekerja penuh, perhatian pasar mulai bergeser dari urusan politik ke arah kejelasan regulasi kripto yang lebih terarah, seperti:

  • Proses persetujuan ETF Kripto (terutama ETF Altcoin)
  • Pembahasan regulasi stablecoin
  • Kebijakan untuk DeFi (Decentralized Finance)

Kondisi ini bisa menjadi pondasi penting bagi perkembangan industri kripto dalam jangka panjang, meskipun tekanan inflasi masih perlu dicermati.

3. Data Ekonomi yang Lebih Baik

Kalau CPI dan data pekerjaan yang tertunda akhirnya keluar dengan angka yang lebih baik dari ekspektasi, sentimen pasar bisa membaik.

Level Support dan Resistance Bitcoin Saat Ini

Level Support (area di mana harga cenderung “mental” turun):

  • USD95.000 – USD96.000 (support kuat, sudah diuji beberapa kali)
  • USD92.000 (support berikutnya kalau USD95K jebol)
  • USD88.000 – USD90.000 (support psikologis kuat)

Level Resistance (area di mana harga cenderung “mental” naik):

  • USD100.000 (resistance psikologis, angka bulat)
  • USD102.000 – USD103.000 (resistance berikutnya)
  • USD105.000 (all-time high sebelumnya)

Kalau Bitcoin bisa bertahan di atas USD95.000, kemungkinan besar ini adalah “bottom” dan akan rebound. Tapi kalau jebol ke bawah USD95.000, siap-siap koreksi lebih dalam.

Saran dari VP Indodax: Investor Harus Apa?

Ini yang paling penting: apa yang harus dilakukan investor di kondisi seperti ini?

1. Tetap Tenang dan Jangan Panik

“Volatilitas saat ini tidak perlu disikapi dengan kepanikan. Seluruh investor diminta untuk tetap tenang dan fokus pada prinsip manajemen risiko,” tegas Antony Kusuma.

Kenapa tidak perlu panik?

  • Koreksi adalah bagian normal dari pasar kripto
  • Bitcoin sudah mengalami koreksi 20-40% berkali-kali sebelumnya dan selalu recover
  • Investor yang panik jual di bottom biasanya rugi besar

Ingat prinsip investasi:

  • Buy when there’s blood in the streets (beli saat pasar berdarah-darah)
  • Sell when everyone is euphoric (jual saat semua orang euforia)

Sekarang adalah saat “berdarah-darah”, bukan saat euforia. Jadi ini bukan saat untuk panik jual.

2. Fokus pada Manajemen Risiko

“Koreksi semacam ini adalah bagian dari mekanisme pasar, dan setiap investor perlu meninjau kembali strategi investasi jangka panjang sesuai profil risiko masing-masing,” tambah Antony.

Langkah-langkah manajemen risiko:

a. Cek Portofolio dan Alokasi Aset

  • Berapa persen portfolio ada di kripto? (idealnya 5-20% dari total aset)
  • Apakah sudah terlalu banyak di satu koin? (diversifikasi!)
  • Apakah masih punya cash reserve untuk kebutuhan darurat?

b. Hindari Investasi Pakai Uang Pinjaman atau Leverage

  • JANGAN pakai uang yang butuh dalam 1-2 tahun ke depan
  • JANGAN pakai uang pinjaman atau KTA untuk beli kripto
  • JANGAN pakai leverage/margin trading kalau tidak expert (bisa liquidation)

c. Set Stop Loss (Kalau Trading)

  • Tentukan batas kerugian maksimal yang bisa ditoleransi
  • Kalau sudah tembus batas itu, cut loss dan exit
  • Jangan emosional dan berharap “nanti balik lagi”

d. Dollar Cost Averaging (DCA) untuk Investor Jangka Panjang

  • Beli secara bertahap, bukan all-in sekaligus
  • Misalnya: alokasi Rp10 juta untuk Bitcoin, beli Rp2 juta per bulan selama 5 bulan
  • Dengan DCA, average buying price jadi lebih rendah kalau harga berfluktuasi

3. Tinjau Kembali Strategi Investasi Jangka Panjang

Pertanyaan untuk meninjau strategi:

a. Apa Tujuan Investasi Kamu?

  • Short term trading (cari profit cepat)? → Lebih berisiko, butuh analisis teknikal mendalam
  • Long term investment (hold 3-5 tahun)? → Lebih aman, fokus pada fundamental

b. Apa Profil Risiko Kamu?

  • Agresif: Siap rugi besar demi potensi profit besar → Bisa hold atau malah beli lebih banyak
  • Moderat: Mau profit tapi tidak mau rugi besar → Hold dan pantau ketat
  • Konservatif: Tidak tahan lihat portfolio merah → Mungkin lebih baik cut loss atau kurangi posisi
Baca Juga:  Mau Investasi Crypto di 2025? Ini Cara Lengkapnya Buat Pemula Sampai Cuan Pertama

c. Apakah Fundamental Bitcoin Masih Kuat?

Meskipun harga turun, fundamental Bitcoin tetap kuat:

  • Adopsi institusional terus meningkat (BlackRock, Fidelity, dll punya ETF Bitcoin)
  • Supply Bitcoin terbatas (hanya 21 juta BTC)
  • Halving berikutnya akan mengurangi supply lebih lanjut
  • Infrastruktur kripto semakin matang

Kalau fundamental masih kuat, penurunan harga adalah opportunity bukan disaster.

4. Manfaatkan “Dip” Kalau Punya Cash Reserve

Kalau kamu punya cash reserve dan yakin Bitcoin akan naik lagi dalam jangka panjang, ini adalah waktu yang bagus untuk buy the dip.

Tapi ingat:

  • Jangan all-in sekaligus (pakai DCA)
  • Hanya pakai uang yang siap hilang
  • Set target buy di beberapa level (misalnya: USD95K, USD92K, USD88K)

Strategi “layering buy”:

  • USD96K: Beli 20% dari total alokasi
  • USD92K: Beli 30% lagi
  • USD88K: Beli 50% sisanya

Dengan strategi ini, kalau harga turun lebih dalam, kamu tidak kehabisan amunisi. Kalau harga naik lagi, kamu sudah masuk di harga bagus.

5. Jangan FOMO (Fear of Missing Out) atau Panic Sell

Dua musuh terbesar investor:

FOMO (Fear of Missing Out):

  • Saat harga naik: “Wah naik terus, nanti ketinggalan!” → Beli di puncak
  • Hasil: Rugi karena beli mahal

Panic Sell:

  • Saat harga turun: “Wah turun terus, nanti makin rugi!” → Jual di bottom
  • Hasil: Realize loss (rugi jadi nyata)

Solusi: Punya rencana investasi yang jelas sejak awal dan stick to the plan.

6. Update Pengetahuan dan Pantau Perkembangan

Faktor yang harus dipantau:

a. Berita dari The Fed

  • Keputusan suku bunga di FOMC meeting Desember 2025
  • Pernyataan Jerome Powell (Ketua The Fed)
  • Data inflasi dan pekerjaan terbaru

b. Regulasi Kripto

  • Perkembangan persetujuan ETF
  • Regulasi stablecoin dari SEC/CFTC
  • Kebijakan kripto dari pemerintah berbagai negara

c. Pergerakan Whale dan Institusi

  • Apakah institusi besar masih akumulasi Bitcoin?
  • Apakah ada outflow besar dari exchange (tanda holder confidence tinggi)?

Sumber terpercaya:

  • CoinMarketCap / CoinGecko (data harga)
  • CoinDesk / CoinTelegraph (berita kripto)
  • Federal Reserve website (data ekonomi AS)
  • Trading View (analisis teknikal)

Perspektif Jangka Panjang: Optimis atau Pesimis?

Pandangan Optimis

Kenapa Bitcoin masih bullish dalam jangka panjang:

  1. Adopsi Institusional Meningkat
    • ETF Bitcoin sudah disetujui dan dikelola institusi besar
    • Perusahaan seperti MicroStrategy, Tesla terus hodl Bitcoin
    • Bank-bank mulai offer layanan custody Bitcoin
  2. Supply Bitcoin Terbatas
    • Hanya 21 juta BTC, tidak bisa dicetak lebih
    • Halving setiap 4 tahun mengurangi supply baru
    • Demand meningkat tapi supply terbatas → harga naik
  3. Infrastruktur Semakin Matang
    • Lightning Network untuk transaksi cepat
    • DeFi dan smart contract berkembang pesat
    • Regulasi lebih jelas = lebih banyak institusi masuk
  4. Store of Value di Era Ketidakpastian
    • Inflasi masih tinggi di banyak negara
    • Ketidakpastian geopolitik
    • Bitcoin sebagai “digital gold”

Pandangan Pesimis (Risks)

Risiko yang harus diwaspadai:

  1. Regulasi Ketat yang Tiba-tiba
    • Pemerintah bisa saja larang atau batasi kripto drastis
    • Tax yang berat untuk capital gain kripto
  2. Kompetisi dari CBDC (Central Bank Digital Currency)
    • Banyak negara develop digital currency sendiri
    • Bisa menggerus market share kripto
  3. Suku Bunga Tinggi Berkepanjangan
    • Kalau inflasi tetap tinggi, The Fed tidak pangkas suku bunga
    • Risk asset seperti Bitcoin kurang menarik
  4. Black Swan Event
    • Hack besar-besaran di exchange
    • Bug kritis di protokol Bitcoin
    • Perang atau krisis global yang lebih parah

Balance: Optimis untuk jangka panjang, tapi tetap waspada dan siap dengan risk management.

Hold atau Jual? Ini Jawabannya

Kembali ke pertanyaan utama: Panik jual atau hold?

Jawaban dari VP Indodax Antony Kusuma: HOLD dan tetap tenang, tapi fokus manajemen risiko.

Ringkasan saran:

HOLD kalau:

  • Investasi jangka panjang (3-5 tahun)
  • Masih percaya fundamental Bitcoin kuat
  • Tidak butuh uang ini dalam waktu dekat
  • Profil risiko agresif atau moderat

BUY MORE (DCA) kalau:

  • Punya cash reserve yang cukup
  • Yakin ini adalah dip yang bagus
  • Siap hold minimal 1-2 tahun
  • Pakai uang dingin yang siap hilang

⚠️ CUT LOSS (JUAL) kalau:

  • Butuh uang segera untuk kebutuhan mendesak
  • Sudah melewati batas toleransi rugi
  • Tidak bisa tidur nyenyak karena portfolio merah
  • Investasi pakai uang pinjaman

JANGAN PANIC SELL karena:

  • Merealisasikan kerugian yang masih unrealized
  • Biasanya jual di bottom, lalu menyesal saat harga naik lagi
  • Missed opportunity kalau Bitcoin rebound

Kata-kata terakhir dari Antony Kusuma:

“Dengan berakhirnya shutdown dan operasional regulator kembali berjalan, pasar memiliki ruang untuk menata ulang arah dalam beberapa minggu ke depan. Koreksi semacam ini adalah bagian dari mekanisme pasar, dan setiap investor perlu meninjau kembali strategi investasi jangka panjang sesuai profil risiko masing-masing.”

Bottom line: Volatilitas adalah teman investor cerdas, bukan musuh. Pasar turun adalah kesempatan beli, bukan alasan panik. Tetap tenang, stick to the plan, dan fokus jangka panjang.

Selamat berinvestasi dengan bijak! 🚀