Memilih jurusan kuliah adalah salah satu keputusan paling penting dalam hidup. Apalagi buat anak IPA yang punya banyak pilihan jurusan menjanjikan. Tapi tunggu dulu, tidak semua jurusan IPA menjamin kamu bakal kerja sesuai bidang yang dipelajari! ๐๐ผ
Fenomena lulusan perguruan tinggi yang bekerja tidak sesuai dengan jurusannya ternyata bukan cuma terjadi di Indonesia. Ini adalah masalah global yang disebut underemployment – kondisi dimana lulusan sarjana bekerja di posisi yang seharusnya tidak memerlukan gelar sarjana.
Berdasarkan data Federal Reserve Bank of New York, ada 11 jurusan dengan tingkat underemployment paling tinggi. Dari 11 jurusan tersebut, ada 2 jurusan IPA yang masuk dalam daftar dengan angka di atas 50%!
Artinya, lebih dari separuh lulusannya bekerja tidak sesuai dengan bidang yang dipelajari selama kuliah. Ini tentu mengkhawatirkan, terutama buat calon mahasiswa yang sedang galau pilih jurusan.
Artikel ini akan kupas tuntas 2 jurusan IPA tersebut, kenapa tingkat underemployment-nya tinggi, dan apa yang bisa dilakukan untuk menghindarinya.
Apa Itu Underemployment?
Sebelum lanjut ke daftar jurusannya, penting banget memahami dulu apa yang dimaksud dengan underemployment.
Definisi Underemployment
Underemployment adalah kondisi dimana lulusan perguruan tinggi bekerja di posisi yang tidak memerlukan gelar sarjana atau bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya.
Menurut survei O*NET di Amerika Serikat, penilaian underemployment dilakukan berdasarkan klasifikasi pekerjaan yang mengecek apakah suatu pekerjaan biasanya memerlukan gelar sarjana atau tidak.
Contoh mudahnya:
- Lulusan S1 Teknik bekerja sebagai admin yang sebenarnya cukup lulusan SMA
- Lulusan S1 Biologi kerja jadi sales yang ga ada hubungannya sama sains
- Lulusan S1 Teknisi Medis kerja jadi asisten admin rumah sakit
Bedanya dengan Pengangguran
Jangan salah, underemployment โ pengangguran:
- Pengangguran: Tidak punya pekerjaan sama sekali
- Underemployment: Punya pekerjaan tapi tidak sesuai kualifikasi pendidikan
Underemployment sebenarnya lebih “halus” tapi tetap bermasalah karena:
- Potensi tidak maksimal
- Gaji lebih rendah dari seharusnya
- Investasi pendidikan tidak optimal
- Kepuasan kerja rendah
Penyebab Tingginya Underemployment
Ada beberapa faktor yang bikin tingkat underemployment tinggi di jurusan-jurusan tertentu.
1. Kesenjangan Pendidikan dan Industri
Banyak jurusan masih fokus pada teori akademik yang berat, sementara dunia kerja kini lebih menuntut keterampilan teknis dan praktis yang bisa langsung diaplikasikan.
Contoh: Mahasiswa belajar teori biologi mendalam, tapi pas kerja butuh skill lab praktis yang ga diajarkan cukup di kampus.
2. Kebutuhan Gelar Lebih Tinggi
Beberapa bidang memerlukan gelar pascasarjana (S2/S3) untuk posisi profesional yang sebenarnya sesuai dengan jurusan. Lulusan S1 jadi “kurang qualified” untuk posisi ideal.
3. Pasar Kerja Terbatas
Jumlah lulusan jauh lebih banyak dari ketersediaan posisi yang sesuai di industri. Akibatnya, banyak yang terpaksa ambil pekerjaan apa aja yang ada.
4. Skill Gap
Ada gap antara skill yang diajarkan kampus dengan skill yang dibutuhkan industri. Lulusan punya ijazah tapi belum tentu punya kompetensi yang dibutuhkan employer.
2 Jurusan IPA dengan Underemployment Tinggi
Berdasarkan laporan Federal Reserve Bank of New York, ini 2 jurusan IPA yang masuk daftar underemployment tertinggi.
1. Teknisi Medis (Medical Technicians)
Tingkat Underemployment: 57,9%
Hampir 6 dari 10 lulusan jurusan ini bekerja tidak sesuai bidangnya!
Apa Itu Jurusan Teknisi Medis?
Teknisi Medis adalah bidang yang mempelajari teknologi dan peralatan medis. Di Indonesia, jurusan yang termasuk dalam kategori ini:
- Teknik Elektromedik: Fokus pada perawatan dan perbaikan alat-alat medis elektronik
- Teknik Biomedis: Fokus pada perancangan dan inovasi teknologi medis
- Analis Kesehatan: Fokus pada analisis sampel laboratorium medis
Kenapa Underemployment-nya Tinggi?
Menurut data ketenagakerjaan AS, posisi teknisi medis di sana sebagian besar hanya membutuhkan pendidikan diploma atau associate degree (setara D3).
Akibatnya, lulusan S1 jurusan ini dianggap “overkualified” untuk posisi teknisi biasa, tapi belum cukup qualified untuk posisi engineer atau researcher yang butuh S2.
Posisi yang sering diisi lulusan S1 Teknisi Medis:
- Teknisi laboratorium tingkat dasar (padahal cukup D3)
- Asisten medis (bisa lulusan D3 kesehatan)
- Staff administratif rumah sakit (ga perlu background teknis)
- Customer service alat medis
Solusi untuk Lulusan Teknisi Medis
| Strategi โ | Penjelasan |
|---|---|
| Lanjut S2 | Ambil pascasarjana untuk posisi R&D atau managerial |
| Sertifikasi Profesional | Ambil sertifikat teknis khusus alat medis tertentu |
| Magang Intensif | Cari pengalaman praktis di rumah sakit atau pabrik alat medis |
| Networking | Bangun koneksi dengan profesional di industri alat kesehatan |
| Skill Tambahan | Belajar programming, data analysis, atau project management |
2. Ilmu Hewan dan Tumbuhan (Animal and Plant Sciences)
Tingkat Underemployment: 53,2%
Lebih dari setengah lulusannya juga bekerja di luar bidang!
Apa Itu Jurusan Ilmu Hewan dan Tumbuhan?
Di Indonesia, tidak ada jurusan dengan nama persis ini. Tapi jurusan yang setara:
- Biologi: Mempelajari seluruh makhluk hidup (hewan, tumbuhan, mikroba)
- Kedokteran Hewan: Khusus fokus pada kesehatan dan perawatan hewan
- Peternakan: Fokus pada budidaya hewan ternak
- Agronomi: Fokus pada budidaya tanaman pertanian
- Kehutanan: Fokus pada ekosistem hutan dan konservasi
Kenapa Underemployment-nya Tinggi?
Sebagian besar posisi riset dan pengembangan profesional di bidang biologi, pertanian, dan zoologi memerlukan minimal gelar S2 atau bahkan S3.
Lulusan S1 sering ะทะฐััััะฒ di posisi:
- Administrasi laboratorium (cukup lulusan D3)
- Asisten penelitian (posisi entry-level)
- Konservasi dasar (volunteer atau kontrak)
- Layanan teknis pertanian (extension officer)
- Guru/dosen yang memerlukan sertifikasi tambahan
Berdasarkan pola karir di bidang sains, untuk jadi researcher profesional atau dosen tetap di bidang ini hampir pasti butuh minimal S2.
Solusi untuk Lulusan Ilmu Hewan dan Tumbuhan
| Strategi โ | Penjelasan |
|---|---|
| Lanjut S2/S3 | Wajib untuk karir akademis atau riset profesional |
| Spesialisasi | Fokus ke niche tertentu (misal: genetika, ekologi, konservasi) |
| Riset Sejak Kuliah | Aktif di lab research, publikasi paper, ikut konferensi |
| Kerja di NGO | Organisasi konservasi, wildlife protection, sustainability |
| Pivot ke Industri | Farmasi, biotech, agribusiness yang butuh background sains |
Perbandingan dengan Jurusan IPS
Menariknya, dari 11 jurusan dengan underemployment tertinggi, sisanya 9 jurusan adalah jurusan IPS seperti:
- Komunikasi
- Seni dan Desain
- Psikologi
- Kriminologi
- Antropologi
- Dan lainnya
Ini menunjukkan bahwa jurusan IPA sebenarnya relatif lebih baik dari segi employment yang sesuai bidang. Dari puluhan jurusan IPA yang ada, cuma 2 yang masuk daftar underemployment tinggi.
Apakah Harus Hindari 2 Jurusan Ini?
Jawaban singkatnya: TIDAK!
Data underemployment ini berdasarkan survei di Amerika Serikat, kondisinya bisa berbeda di Indonesia atau negara lain.
Kapan Tetap Pilih Jurusan Ini?
Jurusan ini tetap worth it jika:
1. Kamu Passionate dengan Bidangnya
Passion adalah fuel jangka panjang. Kalau kamu genuinely suka biologi atau teknologi medis, jangan terhalang data statistik.
2. Punya Rencana Lanjut S2/S3
Kalau dari awal udah niat lanjut pascasarjana, masalah underemployment S1 jadi ga relevan.
3. Punya Jalur Karir Alternatif
Misalnya mau jadi entrepreneur di bidang agritech, biotech, atau health tech. Background pendidikan tetap relevan meski bukan jadi “pegawai” tradisional.
4. Network dan Skill Tambahan Kuat
Kalau selama kuliah aktif magang, organisasi, build portfolio, dan punya network bagus, peluang kerja sesuai bidang tetap besar.
Kapan Harus Pikir Ulang?
Pertimbangkan jurusan lain jika:
- Cuma ikut-ikutan teman/keluarga tanpa passion
- Belum siap finansial untuk lanjut S2
- Ga suka riset atau kerja lab
- Mengharapkan langsung dapat kerja high-paying setelah S1
Tips Menghindari Underemployment
Apapun jurusan yang dipilih, ini strategi untuk minimize risiko underemployment:
1. Riset Sebelum Pilih Jurusan
- Cek prospek karir jurusan dari berbagai sumber
- Tanya alumni yang udah kerja
- Lihat job vacancy di bidang tersebut
- Pertimbangkan supply-demand lulusan vs lapangan kerja
2. Aktif Selama Kuliah
- Ikut organisasi profesional
- Magang di perusahaan/institusi relevan
- Join research atau project lab
- Build portfolio dan publikasi
- Networking dengan profesional di industri
3. Develop Transferable Skills
Skill yang berguna di berbagai bidang:
- Data analysis dan statistik
- Programming dan coding
- Project management
- Public speaking dan presentation
- Business acumen
4. Pertimbangkan Double Major atau Minor
Kombinasi jurusan atau minor di bidang komplementer bisa expand peluang karir. Misal: Biologi + Bisnis, Teknisi Medis + IT.
5. Flexible Career Planning
Jangan terlalu rigid dengan rencana karir. Kadang opportunity terbaik datang dari jalur yang ga terduga. Yang penting skill dan mindset terus berkembang.
Data menunjukkan bahwa Teknisi Medis (57,9%) dan Ilmu Hewan dan Tumbuhan (53,2%) memiliki tingkat underemployment tertinggi di antara jurusan IPA. Tapi ini bukan berarti jurusan ini “buruk” atau harus dihindari.
Yang penting adalah:
- Pilih jurusan dengan passion dan riset matang
- Pahami ekspektasi karir yang realistis
- Aktif develop skill dan network sejak kuliah
- Pertimbangkan lanjut S2 jika memang required
- Flexible dan open-minded soal jalur karir
Ingat, kesuksesan karir bukan cuma ditentukan oleh jurusan kuliah. Attitude, skill, network, dan kesempatan juga berperan besar. Apapun jurusanmu, yang terpenting adalah maximize every opportunity untuk berkembang! ๐โจ