Siapa sangka, bank yang kini menjadi salah satu financial giant di Indonesia ternyata punya starting point yang cukup humble di sebuah kota kecil bernama Purwokerto. Kita sedang bicara tentang Bank Rakyat Indonesia (BRI), institusi perbankan yang sudah eksis bahkan sebelum Indonesia merdeka.
Menurut data Wikipedia dan berbagai sumber sejarah perbankan, BRI pertama kali berdiri pada 16 Desember 1895 dengan nama yang super panjang dalam bahasa Belanda: De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden. Kalau ditranslate ke bahasa Indonesia, artinya kurang lebih “Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto”. Nama yang cukup mouthful memang, tapi itulah legacy dari era kolonial yang masih kita rasakan hingga sekarang.
Sejarah dan Profil Lengkap Pendiri Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Kalau kamu pernah main ke Purwokerto, kota yang famous dengan Baturaden-nya yang sejuk, ternyata di balik keindahan alamnya, kota ini punya historical value yang luar biasa buat perbankan Indonesia. Yup, di sinilah birthplace-nya Bank Rakyat Indonesia (BRI), bank yang sekarang jadi salah satu banking giant di Tanah Air.
The Man Behind BRI: Raden Bei Aria Wirjaatmadja
Berdasarkan data dari Kompas.com dan berbagai sumber sejarah, pendiri Bank Rakyat Indonesia adalah Raden Bei Aria Wirjaatmadja, seorang priyayi visioner dari Banyumas. Menurut Museum BRI Purwokerto, beliau lahir pada tahun 1831 di Adireja, yang saat itu merupakan ibu kota Kabupaten Banyumas.
Career path beliau cukup impressive. Dikutip dari Entrepreneur Bisnis, pada tahun 1855, dia memulai kariernya sebagai juru tulis untuk pemerintah kolonial Belanda di Banjarnegara. Kemudian naik jabatan jadi Mantri Polisi di Bawang selama sembilan tahun. Puncak kariernya tercapai ketika dia diangkat menjadi Patih Purwokerto pada 1879, posisi yang dia pegang hingga pensiun tahun 1907.
16 Desember 1895: The Birth of BRI
Menurut laporan resmi dari Kontan.co.id, Bank Rakyat Indonesia pertama kali berdiri pada tanggal 16 Desember 1895. Date yang sampai sekarang masih diperingati sebagai hari jadi BRI. Pretty historical moment, mengingat saat itu Indonesia masih dalam masa penjajahan Belanda.
Nama asli bank ini waktu pertama kali berdiri memang quite a mouthful: De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden. Berdasarkan Wikipedia, kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya “Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto”.
Mission yang Mulia: Melawan Rentenir
Yang bikin Raden Aria Wirjaatmadja ini special adalah visinya yang jauh ke depan. Dilansir dari Kompas.com, tujuan utama pendirian bank ini adalah untuk membantu para priyayi pribumi agar tidak terjerat dalam cengkeraman rentenir yang saat itu merajalela.
Menurut catatan Museum BRI, awalnya bank ini mengelola dana kas masjid untuk disalurkan kepada masyarakat dengan skema yang sangat sederhana. Jadi basically, konsep financial inclusion yang sekarang jadi buzzword di dunia perbankan, ternyata sudah dijalankan sejak 129 tahun yang lalu. Mind-blowing, right?
Purwokerto: The Strategic Location
Kenapa Purwokerto? Well, selain karena memang Raden Aria Wirjaatmadja menjabat sebagai Patih di sana, berdasarkan sejarah yang dilansir dari berbagai sumber, Purwokerto pada masa itu merupakan kota yang cukup strategis di Karesidenan Banyumas.
Fun fact: Purwokerto nggak cuma punya legacy tentang BRI. Menurut catatan sejarah, kota ini juga kental dengan sejarah perjuangan, termasuk Monumen Tentara Pelajar dan Museum Jenderal Soedirman yang ada di Karanglewas. Jadi kalau kamu ke Purwokerto, bisa sekalian historical tour untuk mengenang para pahlawan kita.
Legacy yang Terus Berlanjut
Dikutip dari Dana Pensiun BRI, setelah Raden Aria Wirjaatmadja pensiun pada 1907, bank yang didirikannya terus berkembang dan mengalami berbagai transformasi. Dari yang awalnya hanya melayani kaum priyayi, sekarang BRI melayani lebih dari 30 juta nasabah di seluruh Indonesia.
Berdasarkan data terbaru dari Bisnis.com, BRI kini memiliki aset mencapai Rp1.961,92 triliun (per September 2024), dengan jaringan lebih dari 10.000 unit kerja yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Achievement yang luar biasa untuk sebuah institusi yang berawal dari niat sederhana membantu rakyat kecil.
Museum BRI: Saksi Bisu Sejarah
Buat kalian yang penasaran dengan sejarah detail tentang BRI dan pendirinya, menurut informasi dari Museum BRI, kamu bisa langsung visit Museum Bank BRI yang berlokasi di Jalan Sudirman No. 57, Purwokerto. Di sana, kita bisa melihat berbagai koleksi bersejarah, termasuk barang-barang peninggalan Raden Aria Wirjaatmadja himself.
Bottom line, sosok Raden Bei Aria Wirjaatmadja membuktikan bahwa dengan visi yang tepat dan kepedulian terhadap sesama, seseorang bisa menciptakan legacy yang bertahan lebih dari seabad. Bank yang dia dirikan pada 16 Desember 1895 di Purwokerto, kini telah menjadi salah satu pilar ekonomi Indonesia. That’s what we call a lasting impact!
Timeline Bank BRI Era Kemerdekaan: Dari Perjanjian Renville hingga UU No. 21/1968
Setelah Indonesia berhasil meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, nasib Bank Rakyat Indonesia memasuki chapter baru yang penuh dengan plot twist. Kalau kalian pikir perjalanan BRI setelah merdeka itu smooth sailing, well, kamu salah besar. Bank tertua ini harus melewati berbagai drama politik dan kebijakan yang bikin journey-nya jadi roller coaster ride yang memorable.
BRI Jadi Bank Pemerintah Pertama Republik Indonesia
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 tanggal 22 Februari, status BRI berubah total. Dari yang tadinya bank kolonial, BRI resmi menjadi bank pemerintah pertama di Republik Indonesia. Achievement yang luar biasa mengingat Indonesia baru merdeka beberapa bulan saja!
Menurut data dari Kompas.com, transformasi ini menjadikan BRI sebagai pioneer dalam sistem perbankan nasional. Bank yang dulunya melayani para priyayi di era kolonial, kini punya misi baru: melayani seluruh rakyat Indonesia yang baru merdeka.
Drama Perang Kemerdekaan: BRI Sempat Vakum
Tahun 1948 jadi turning point yang challenging buat BRI. Dikutip dari Dana Pensiun BRI, ketika Belanda kembali menduduki wilayah Indonesia dalam aksi militernya, kegiatan BRI terpaksa dihentikan untuk sementara waktu. Bayangin aja, bank yang sudah beroperasi puluhan tahun tiba-tiba harus stop total karena situasi perang.
Berdasarkan catatan sejarah dari Kontan.co.id, BRI baru bisa bernapas lega dan kembali beroperasi setelah Perjanjian Roem-Royen ditandatangani pada tahun 1949. Tapi ada twist-nya: BRI berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat (BRIS). Di wilayah Renville (Republik Yogyakarta), BRI tetap aktif. Sementara di daerah lain, bank ini beroperasi dengan nama Bank Rakyat Republik Indonesia Serikat (BARRIS).
Era Merger dan Integrasi: BRI Jadi BKTN
Tahun 1960 membawa perubahan drastis lagi. Menurut laporan dari repository UIN Suska, melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU) No. 41 tahun 1960, BRI dilebur dengan beberapa bank lain untuk membentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN).
Yang ikut merger waktu itu bukan cuma BRI aja. Dilansir dari Kompas.com, ada Bank Tani Nelayan (BTN) dan Nederlandsche Handels Maatschappij (NHM) yang juga digabung. Tujuannya? Pemerintah waktu itu pengen punya satu bank yang fokus melayani sektor pertanian dan perikanan, mengingat mayoritas rakyat Indonesia adalah petani dan nelayan.
Integrasi ke Bank Indonesia: Drama Berlanjut
Lima tahun kemudian, another plot twist! Berdasarkan data dari Dana Pensiun BRI, melalui Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia. Nama barunya? Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (BIUKTN). Pretty complicated, right?
Tapi tunggu, drama belum selesai! Menurut Wikipedia tentang Bank di Indonesia, sebulan kemudian keluar Penpres No. 17 tahun 1965 yang isinya lebih mind-blowing lagi. Pemerintah memutuskan untuk membentuk bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI).
Dalam struktur baru ini, BIUKTN (eks BKTN yang eks BRI) menjadi Bank Negara Indonesia Unit II bidang Rural. Sementara NHM yang tadi ikut merger, berubah jadi Bank Negara Indonesia Unit II bidang Ekspor Impor (Exim).
The Comeback: BRI Kembali Menjadi Bank Umum
Setelah melalui berbagai transformasi yang bikin pusing, akhirnya pada tahun 1968 BRI mendapat kabar baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 1968 tanggal 18 Desember, Bank Rakyat Indonesia ditetapkan kembali sebagai Bank Umum dengan nama yang kita kenal sekarang.
Dikutip dari berbagai sumber resmi, keputusan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Orde Baru untuk merestrukturisasi sistem perbankan Indonesia. BRI kembali mendapat identitasnya dan fokus melayani sektor yang jadi DNA-nya sejak awal: rakyat kecil dan sektor rural.
Lesson Learned dari Perjalanan BRI
Kalau kita flashback ke periode 1946-1968, perjalanan BRI memang penuh dengan ups and downs. Menurut analisis berbagai ahli perbankan, kemampuan BRI untuk survive dan bahkan thrive setelah melalui berbagai perubahan nama dan status menunjukkan resiliensi yang luar biasa.
Berdasarkan data Wikipedia, kebijakan integrasi bank-bank pemerintah pada era 1960-an sebenarnya diinisiasi oleh Jusuf Muda Dalam, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Bank Sentral/Gubernur Bank Indonesia. Idenya adalah menjadikan perbankan sebagai “alat revolusi” dengan motto “Bank Berdjoang” di bawah pimpinan Presiden Soekarno.
Meskipun konsep bank tunggal ini akhirnya tidak bertahan lama, experience ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kemandirian dan identitas yang jelas bagi sebuah institusi perbankan.
Foundation untuk Masa Depan
Kembalinya BRI sebagai bank umum pada 1968 menjadi starting point baru untuk transformasi selanjutnya. Menurut laporan Kontan.co.id, dari sinilah BRI mulai membangun fondasi yang kuat untuk menjadi bank yang kita kenal sekarang: fokus pada UMKM, punya jaringan terluas, dan tetap konsisten dengan misi awalnya melayani rakyat kecil.
Bottom line, perjalanan BRI pasca kemerdekaan mengajarkan kita bahwa even in the midst of political turmoil and policy changes, sebuah institusi bisa tetap survive asalkan punya purpose yang jelas dan kemampuan beradaptasi yang baik. The rest, as they say, is history!
Evolusi Visi Misi Bank BRI: 129 Tahun Melayani Rakyat Indonesia
Kalau kamu follow perkembangan dunia perbankan Indonesia, pasti tau dong kalau Bank Rakyat Indonesia (BRI) recently mengumumkan visi barunya yang cukup ambitious. Dari yang tadinya fokus jadi bank terkemuka di Indonesia, sekarang BRI punya bigger dream: menjadi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion pada tahun 2025.
Visi Bank BRI: From Local to Regional Player
Menurut laporan CNN Indonesia dan Liputan6.com, transformasi visi BRI ini dicanangkan pada akhir tahun 2020, di tengah pandemi COVID-19. Talk about perfect timing! Saat semua institusi struggling dengan pandemi, BRI justru berani set visi yang lebih besar.
Berdasarkan data dari Direktur Utama BRI Sunarso, visi baru ini menggantikan visi lama yang berbunyi “Home to The Best Talent” menjadi “Champion of Financial Inclusion”. Perubahan ini bukan sekadar rebranding, tapi mencerminkan komitmen BRI untuk kembali ke khittah-nya sebagai bank yang melayani rakyat kecil.
Dikutip dari laporan resmi BRI, visi lengkapnya adalah:
- The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia – Jadi pemain utama di level regional, bukan cuma nasional
- Champion of Financial Inclusion – Menjadi pelopor inklusi keuangan untuk semua lapisan masyarakat
Misi Bank BRI: Tetap Konsisten dengan DNA UMKM
Misi BRI tetap consistent dengan core business-nya selama 129 tahun. Berdasarkan berbagai sumber resmi, misi Bank BRI meliputi:
- Melakukan kegiatan perbankan terbaik dengan fokus UMKM – BRI committed untuk tetap jadi the go-to bank buat para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Menurut data terbaru, portofolio kredit UMKM BRI sudah mencapai 82,13% dari total pembiayaan yang disalurkan.
- Memberikan pelayanan prima melalui jaringan luas – Dengan lebih dari 10.000 unit kerja dan didukung teknologi digital seperti super apps BRImo, BRI ensure bahwa layanan perbankan bisa diakses dari Sabang sampai Merauke.
- Menerapkan Good Corporate Governance (GCG) – Implementation manajemen risiko yang prudent dan praktik GCG yang baik jadi fondasi operasional BRI.
- Memberikan value optimal untuk stakeholders – Bukan cuma shareholder, tapi juga nasabah, karyawan, dan masyarakat luas.
The Bigger Picture: Supporting National Financial Inclusion
Dilansir dari Liputan6.com, visi baru BRI ini sejalan dengan target pemerintah untuk meningkatkan indeks inklusi keuangan masyarakat Indonesia hingga 90% pada 2023-2024. Berdasarkan data tahun 2019, tingkat inklusi keuangan Indonesia masih di angka 76,19%. Artinya, hampir seperempat penduduk Indonesia belum punya akses ke layanan keuangan formal.
Menurut Sunarso, untuk mewujudkan visi ini, BRI sedang build pusat data UMKM untuk mempermudah pelayanan dan pemetaan potensi UMKM se-Indonesia. “Supaya nanti kami bisa sama-sama berjalan berdasarkan cara kerja yang baru yang berbasis teknologi dan digital, itu semua butuh integrasi data,” jelasnya.
Museum Bank BRI: Where History Meets Education
Nah, kalau kamu pengen tau lebih dalam tentang journey BRI dari masa ke masa, ada satu spot yang must visit: Museum Bank Rakyat Indonesia di Purwokerto. Berdasarkan informasi dari Detik.com dan Visit Jawa Tengah, museum ini located di Jalan Jenderal Sudirman No. 57, Pesayangan, Kedungwuluh, Purwokerto, Banyumas.
What’s Inside the Museum?
Menurut laporan dari Wikipedia dan berbagai sumber, Museum BRI punya koleksi yang pretty impressive:
Lantai 1: Journey Through History
- Replika gedung De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden – gedung pertama BRI
- Koleksi mata uang dari berbagai era (Majapahit, VOC, Jepang, hingga modern)
- Pakaian dan aksesoris milik Raden Aria Wirjaatmadja
- Mesin-mesin perbankan jadul seperti mesin tik dan kalkulator vintage
Lantai 2: Technology Evolution
- Display perkembangan teknologi perbankan BRI
- Dokumentasi transformasi digital banking
- Various piagam penghargaan dan achievement BRI
Dikutip dari Kumparan, museum ini juga punya ruangan bawah tanah yang bisa diakses lewat tangga spiral. Di sana ada perpustakaan dan ruang audiovisual, though sayangnya kadang nggak dibuka untuk umum.
Visitor Information: Plan Your Visit
Berdasarkan data dari Detik.com dan Google Maps, berikut info praktis buat kalian yang mau visit:
- Jam Operasional: Minggu-Kamis, 09.00-14.00 WIB (tutup Jumat-Sabtu)
- Tiket Masuk: FREE! Yup, gratis total
- Fasilitas: Tour guide tersedia (kalau lagi ada petugas)
- Akses:
- Dari Stasiun Purwokerto: 1,3 km
- Dari Alun-alun Purwokerto: 500 meter
- Dari Terminal Purwokerto: 5,9 km
- Dari Unsoed: 3,6 km
Pro Tips untuk Visitor
Menurut review pengunjung di Kumparan, ada beberapa things to note:
- AC kadang kurang dingin, jadi prepare untuk cuaca yang agak warm inside
- Petugas museum limited, jadi kadang self-guided tour
- Best time to visit: pagi hari saat museum baru buka
- Cocok untuk educational trip dengan anak-anak
Kesimpulan
Transformasi visi misi BRI dari bank lokal menjadi regional champion of financial inclusion menunjukkan ambisi yang bold tapi achievable. Dengan track record 129 tahun melayani rakyat Indonesia, plus komitmen untuk tetap fokus pada UMKM, BRI punya foundation yang solid untuk achieve visi 2025-nya.
Meanwhile, Museum BRI di Purwokerto stands as a testament untuk perjalanan panjang bank tertua Indonesia ini. It’s not just a museum, tapi juga reminder tentang bagaimana sebuah institusi keuangan bisa survive dan thrive selama lebih dari satu abad.
So, buat kalian yang kebetulan lagi di Purwokerto atau planning trip ke sana, don’t miss the chance untuk visit Museum BRI. It’s free, educational, dan Instagram-worthy juga kok dengan berbagai koleksi vintage-nya. Plus, kamu bisa dapat insight tentang sejarah perbankan Indonesia yang mungkin nggak kamu dapat di tempat lain.
Remember, understanding where we came from helps us appreciate where we’re going. Dan dalam case BRI, perjalanan dari bank priyayi di Purwokerto hingga jadi champion of financial inclusion di Southeast Asia adalah story yang truly inspiring!